Rusia Vs Ukraina
Invasi Rusia ke wilayah Ukraina menjadi tranding setiap harinya, beberapa stasiun televisi bahkan menjadikan kabar tersebut sebagai berita utama dalam berita cepat pada channel mereka. Kita mengetahui berita terkait perang antar negara memang sudah sangat lama tidak terdengar heboh setelah terakhir Irak Vs Amerika yang terjadi saat penulis masih sekolah pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (2003). Terlepas dari penjajahan yang lebih brutal terjadi sepanjang tahun seperti Israel yang menjajah Palestina, perang suriah dll.
Penulis sebenarnya sudah lumayan lama tidak tebar opini lagi di Kompasiana, karena memang adanya kesibukan pribadi baik kerja dan fokus pada keluarga. Penulis sebenarnya kurang merasa puas atas opini dan analisa pengamat yang ada ditelevisi yang kurang mendalam membahas konflik ke 2 negara tersebut, namun setelah penulis melihat analisa dari Connie Rahakundini Bakrie di Channel Youtube Helmi Yahya Bicara, penulis merasa bahawa inilah analisa yang sangat tepat terkait dengan siapa aktor dan bagaimana bangsa barat mencoba dengan "intrik" menguasai dunia. Bangsa barat yang dimaksud ini adalah Amerika dan sekutunya yang memang mencoba memonopoli kekuatan militer dunia atau bahkan menguasai ekonomi global.
Pembahasan yang menarik lainnya adalah bagaimana Rusia merupakan negara yang menjadi penyeimbang bagi dunia dengan kekuatan sumber daya manusia dan militer yang besar. Penulis merasa bahwa memang analisa tersebut sangat berdasar dengan pengalaman dan keilmuan yang dimiliki oleh Connie sebagai Dosen (Akademisi) dan pengamat militer.
Pembahasan lainnya adalah peran Indonesia dan terkait dengan "Geo Politik" yang seharusnya menjadi pelajaran Indonesia dari perang Rusia Vs Ukraina. Banyak hal yang harus kita perbaiki terutama bagaimana kita pernah memiliki pemimpin hebat (Ir. Soekarno) yang bisa memiliki peran yang besar bagi dunia bahkan saat Indonesia baru lahir sebagai negara yang berdaulat. Kemampuan Soekarno dalam berkomunikasi membuat harkat negara serta peran Indonesia dipandang dunia seperti adanya konfrensi Asia - Afrika dan safari politik internasional yang Soekarno jalani, tidak ke kanan dan tidak ke kiri namun pengaruhnya pada mata internasional sangat signifikan dan hal tersebut yang tidak terjadi saat ini.
Connie juga menyinggung bahwa Indonesia dalam posisi berbahaya secara letak teritorial apabila tidak bisa mengambil peran dalam diplomasi internasional untuk pertahanan bangsa, maka dari itu peran Kementerian luar negeri dan Kementerian Pertahanan sangat vital, terlebih Indonesia saat ini juga sudah mulai terbagi menjadi dua bagian yakni Timur dan Barat, dan hal ini yang harus menjadi pelajaran bagi Indonesia dari perang Rusia dan Ukraina.
Tradisi "Ikutan Bersimpati"
Penulis sangat gerah dengan tradisi ikutan bersimpati masyarakat Indonesia yang terkadang sering tidak berdasarkan opini yang mengakar, jadi dukungan yang diberikan menjadi bias. Seolah dalam kasus ini Rusia menjadi penjahat perang dan Ukraina menjadi korbannya, tanpa mencoba mencari tau histori yang mendasari atas invasi yang dilakukan oleh Rusia. Kita harus sepakat bahwa "penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan" namun jangan sampai simpati yang tidak berdasar malah tidak memberikan dampak apa-apa pada individu terutama dampak pada pengetahuan internasional terkait dengan siapa "otak" serta pengetahuan kita dalam bersikap sebagai bangsa Indonesia. Penulis tidak akan membahas detail akan hal tersebut, karena bagi pembaca yang paham maksud dari opini penulis pasti bisa memahami maksud tersirat yang ingin disampaikan.
Penulis juga sepakat bahwa kedua negara harusnya menghasilkan solusi dengan mediasi dan masing-masing pasukan militer bisa melakukan gencatan senjata, namun ini bukan permasalahan yang mudah, ini bukan hanya masalah Rusia dan Ukraina saja, namun bagaimana peran negara-negara yang bergabung di NATO yang menurut penulis tidak akan merelakan begitu saja Rusia menguasi kondisi politik Ukraina.