Lihat ke Halaman Asli

Pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) Cocok Diterapkan di Indonesia

Diperbarui: 9 Januari 2024   10:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) atau Pembelajaran Responsif Kultural menekankan pengakuan terhadap keberagaman budaya, latar belakang etnis, dan pengalaman siswa dalam proses pembelajaran. Ada beberapa alasan mengapa pendekatan ini dianggap cocok diterapkan di Indonesia:

  • Kekayaan budaya dan etnis yang beragam

Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang sangat kaya dengan berbagai suku, agama, dan tradisi. CRT menempatkan keberagaman budaya sebagai elemen penting dalam proses pembelajaran, membantu peserta didik merasa diakui dan nilai.

  • Hubungan dengan kearifan lokal

CRT menekankan pentingnya memahami dan memanfaatkan kearifan lokal dalam proses pembelajaran. Di Indonesia, di mana kearifan lokal dan tradisi budaya memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari, CRT dapat mempromosikan penerapan konten pembelajaran yang terkait dengan konteks budaya setempat.

  • Pemahaman terhadap isu -- isu lokal

CRT membantu peserta didik untuk memahami isu-isu sosial dan budaya yang mungkin dihadapi dalam masyarakat mereka. Di Indonesia, di mana ada berbagai isu terkait dengan ketidaksetaraan, diskriminasi, dan hak asasi manusia, pendekatan ini dapat membantu peserta didik menjadi lebih sadar dan kritis terhadap realitas sosial.

  • Pengembangan keterampilan antar budaya

Pendekatan CRT dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan budaya dan berkolaborasi dengan peserta didik lain yang berasal dari latar belakang berbeda.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline