Lihat ke Halaman Asli

Tri Sukmono Joko PBS

Tenaga Pengajar, Sekretaris Pada Yayasan Lentera Dikdaktika Gantari

Karya Seniman Adalah Potret Zaman

Diperbarui: 23 Desember 2024   06:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akhir-akhir ini heboh tentang pembatasan atau pun pembredelan sebuah kegiatan pameran seni di Ibu Kota Jakarta. Pameran itu adalah pameran lukisan yang menurut senimannya merupakan buah karya dan penelitiannya selama 10 tahun. Jadi sebuah karya seni bukanlah sekedar menggambar dan memberi warna, tetapi sebuah karya seni seperti lukisan itu merupakan potret atau data serta fakta yang dilihat oleh seniman yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya seni. Sebenarnya hal ini sama seperti yang dilakukan oleh peneliti yang kemudian data dan informasi yang diperoleh dituangkan dalam bentuk laporan penelitian atau pun artikel ilmiah, seperti juga halnya data dan informasi yang diperoleh jurnalis yang kemudian dituangkan dalam bentuk artikel berita atau sebuah liputan. Baik seniman, peneliti atau pun jurnalis di dalam karya-karya mereka akan menyebutkan atau pun mencatat sumber-sumber data dan informasinya, menyebutkan periode terjadinya suatu peristiwa.

Jadi sebuah karya seni sebenarnya juga merupakan laporan peristiwa sejarah manusia yang di dalamnya secara obyektif menggambarkan peristiwa terjadinya kemajuan atau pun kemunduran sebuah bangsa. Sebuah karya seni sebagaimana halnya laporan penelitian sejarah akan menampilkan tokoh-tokoh yang berperan dalam perubahan sebuah bangsa, dan tokoh-tokoh itu digambarkan sesuai dengan karakter aslinya atau pun karakter simbolis yang dianalogikan ke dalam tokoh-tokoh cerita pewayangan atau pun karakter binatang.

Sebagaimana halnya karya penelitian dan karya jurnalis, karya seni pun tak akan lepas dari pro dan kontra ada yang mengakui kebenaran peristiwa yang digambarkan dan ada juga yang menolak bahkan membenci secara membabi buta. Sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi, jika menyikapi sebuah seni secara arif bahwa seorang seniman sama halnya dengan seorang peneliti atau pun jurnalis memiliki keterbatasan dalam hal melihat sebuah fakta dan data yang kemudian dituangkan dalam karyanya. Keterbatasan ini bisa diterima atau dipertanggungjawabkan manakala peneliti atau pun seniman bisa menunjukkan sumber data dan menunjukkan metode atau pun aliran seni yang digunakannya atau dianut. Aliran realisme tentunya akan menggambarkan fakta dan data apa adanya sedangkan aliran abstrak akan menggambarkan secara abstrak data dan fakta, aliran abstrak tidak mudah untuk dipahami, tidak semua atau hanya sedikit kalangan masyarakat yang dapat memahami pesan dalam karya seni yang beraliran abstrak. Untuk itu seorang seniman akan memilih metode penyampaian yang karyanya bisa dengan mudah dipahami oleh berbagai kalangan dan kelas masyarakat.

Karena sebuah karya seni itu merupakan laporan dari data dan informasi atas peristiwa yang terjadi, maka ketidaksetujuan atas sebuah karya seni harus disampaikan dalam bentuk ulasan atau penilaian atas karya seni tersebut. Ulasan itu bukan berupa penghinaan yang merendahkan, tetapi ulasan itu berupa kritik atas sumber data dan informasi ataupun kritik atas metode yang dipilih oleh seniman tersebut. Jadi tidak pada tempatnya apabila ada pembatasan atas karya seni, karena karya seni adalah juga merupakan bukti dan laporan sejarah sebuah bangsa.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline