Lihat ke Halaman Asli

Aku Ingin Mentraktirnya Baso Tahu

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Imam itu berdiri berbalik. Merapatkan jemaahnya. Bagusnya katanya sampai bersentuhan lunak dengan kanan-kirimu. Pria wanita ia tegur– jika barisan perwujudan tiang agama itu bolongnya terlihat. Ketika mengucap takbir akbar gaungnya menghantui. Kujamin akan takjublah engkau dibuatnya. Selepas tamatnya ritual terdapat seorang pemuda menghampirinya. Bersama pemuda itu ia berjalan beriringan meninggalkan masjid. Ia siap menjadi peminat paling setia ode galau sang pemuda. Pendengar yang baik kau kira? Memang, ya. Namun nyatanya seringkali ia terasuki. Jika mimbar telah dinaiki, semacam ruh berkekuatan penuh hinggap dalam jiwanya. Sampai ia pernah bilang harga kenaikan BBM itu haram! Atau dosen-dosen sebuah institut teknologi di kotaku merupakan budak dari jeratan kapitalisme! Whoa. Kalau saja aku berkesempatan dapat mentraktirnya makan baso tahu. Sembari bertanya mengapa harga BBM itu haram. Dan apakah ada bukti nyata jeratan kapitalisme yang dialami para dosen malang tersebut? Dan pula tidak penting apakah ia akan memeras jeruk nipis di atas hidangan baso tahunya atau tidak. Aku hanya ingin tahu apakah kacang yang terdapat sambal kacang hidangan baso tahu yang kusuguhi ia anggap sebagai produk jelmaan kapitalisme? Haha. [caption id="attachment_259692" align="aligncenter" width="300" caption="And it's getting tough now."][/caption] Kau tahu? Semalam suntuk aku berpikir tentang ini. Sampai pekat dan ibuku berkata: “Saatnya sahur, Nak!”.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline