Lihat ke Halaman Asli

Mengenang Perjuangan Mengembalikan Irian Barat (Papua)

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berdasarkan persetujuan KMB , masalah Irian Barat akan dibicarakan lagi oleh Indonesia-Belanda dalam waktu satu tahun setelah pengakuan kedaulatan. Namun kenyataannya Belanda masih tetap menguasai Irian Barat dan tidak bersedia mengembalikannya kepada pihak Indonesia. Jalan yang ditempuh untuk membebaskan Irian Barat dari cengkraman Belanda dilakukan dengan berbagai cara. Karena Belanda tidak mematuhi hasil persetujuan KMB , Indonesia mengajukan masalah Irian Barat kepada PBB karena menginginkan penyelesaian secara damai.

Perjuangan Dengan Diplomasi

Selama sepuluh tahun Indonesia mengajukan soal Irian kepada PBB tetapi tidak berhasil memperoleh penyelesaian dengan baik. Sementara Pihak Belanda memperkuat angkatan perangnya di Irian , antara lain dengan mengimkan kapal induk , beberapa kapal perusak, dan beberapa kapal selam. Karena jalan damai yang diupayakan tidak berhasil dicapai, Indonesia terpaksa mencari jalan lain yakni mengadakan konfrontasi. Rakyat Indonesia sudah tidak sabar lagi mengancarkan aksi-aksi diseluruh tanah air terhadap kepentingan Belanda di Indonesia banyak perusahaan Belanda diambil alih oleh karyawanannya untuk diserahkan kepada pemerintah. Hubungan Indonesia dengan Belanda semakin tegang. Puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1960 ketika Republik Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda. Pada bulan April 1961 pihak Belanda mengadakan berbagai persiapan untuk membentuk Negara Papua . Tujuannya adalah untuk melepaskan Irian Barat dari Indonesia untuk selama-lamanya. Oleh karena itu angkatan perang RI diperintahkan untuk menyusun rencana operasi pembebasan Iria Barat dengan sarana militer. Dengan demikian , Indonesia dan Belanda telah menuju pada suatu bentrokan bersenjata.

Perjuangan dengan Konfrontasi Politik dan Ekonomi

Kegagalan perundingan penyelesaian sengketa Irian Barat di forum PBB serta sikap pemerintah yang dianggap terlalu lemah terhadap Belanda meninbulkan beberapa reaksi di masyarakat. Rakyat sudah tidak sabar dan secepatnya ingin mengembalikan Irian Barat kedalam wilayah Negara Kesatuan RI.

Sampai tahun 1957 berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan sengketa Irian Barat secara damai. Tetapi tidak membuahkan hasil, Belanda tetap bersikap tidak mau menyerahkan Irian Barat. Oleh karena itu pemerintah mengambil keputusan untuk merubah strategi diplomasi dari defensif menjadi opensif. Pada tanggal 19 Desember 1961 lahirlah Tri Komando Rakyat (Trikora) yang diucapkan oleh Presiden Soekarno dalam suatu rapat raksasa di alun- alun Yogyakarta

Sejalan dengan ketegasan pemerintah Indonesia untuk merebut wilayah Irian Barat dari penjajah Belanda, unsur- unsur kekuatan militer Belanda di Irian Barat bertambah dengan pesat.
Sesuai dengan geo strategi Irian Barat maka Angkatan Laut Belanda (Koninklijke Marine) menjadi tulang punggung pertahanan di perairan Irian Barat. Sampai tahun 1950 unsur- unsur  pertahanan Irian Barat seluruhnya terdiri dari:

a. Konnklijke Marine
b. Corps Mariiens (CM)

c. Militaire Luchtvaart Dienst (MLD).

Trikomando Rakyat Untuk Merebut Irian Barat

Persiapan-persiapan militer Indonesia mulai dilaksanakan . Untuk melengkapi persenjataan , semula Indonesia berencana melakukan pembelian senjata ke Amerika Serikat. Ternyata Negara tersebut tidak bersedia menjual senjata dan perelengkapan militer ke Indonesia. Oleh karena ini Indonesia berpaling dari Amerika Serikat ke pemerintahan Negara Uni Soviet dan Negara sosialis lainnya untuk membeli peralatan militernya. Indonesia dapat membeli pesawat udara, kapal-kapal, roket , dan peralatan lainnya. Dengan selesainya rencana operasi pembebasan Irian Barat dan datangnya peralatan militer dari Eropa , tahap perencanaan selesai dan dilanjutkan dengn konfrontasi bersenjata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline