Lihat ke Halaman Asli

Trisni SetyaNS

Bisa memberikan manfaat untuk orang lain walaupun hanya sebulir debu.

Ketika Hati Bicara, Bagian 2

Diperbarui: 14 Desember 2018   07:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Waktu  sudah menunjukkan pukul delapan lebih sepuluh menit, jalan raya Yogya Magelang yang jaraknya tidak kurang dari 50 meter masih menampakkan kebisingannya dengan suara bus, motor yang masih lalu lalang dengan aktifitas malam yang tidak pernah berhenti.

Masih  banyak hal-hal pembicaraan yang ingin disampaikan  namun sikap ayahnya yang berdiri, mengisaratkan untuk segera mengakhiri perbincangan untuk malam ini. Karena  masing-masing anggota keluarga harus mempersiapkan aktifitas besuk pagi.

 "waktunya sholat 'isak...Nindi, Bimo,  ibu  kita berjamaah bersama...habis itu kerjakan tugas kalian..." ucap Pambudi sambil berdiri.

" ya siap Bos..." kelakar Nindi berlari untuk menuju kamar mandi terlebih dahulu. Sang ayah yang gemas melihat sikap anak perempuannya gemas menarik lengan Nindi dan  mengacak-acak rambutnya. Yang jadi sasaran hanya bisa tertawa melihat kasih sayang yang di perlihatkan padanya.

Dalam perasaan Pambudi sepertinya baru kemarin dia menggendong, menyuapi, menggantikan popok, tapi sekarang anak gadisnya sudah mulai menginjak dewasa.

" Hemm.... Bimo...Nindi...kau sudah besar anakku..." lirih batin Pambudi trenyuh dengan kedua sikap anak-anaknya yang menurut dia tumbuh dengan cepat dan selalu menjadi anak yang baik untuk kedua orang tuanya.

"Ayah...melamun ya..." Tanya Sismiyati menggaet lengan suaminya manja. Dia tahu apa yang ada dalam fikiran suaminya.

"Ayah wudhu dulu, ibu belakangan..." ucap Sismiyati lagi melihat anak-anaknya sudah selesai wudhlunya.

Dibesarkan dalam keluarga yang harmonis dan mempunyai pondasi agama yang kokoh. Pambudi Sulistyo menganut tradisi agama yang kuat berasal dari Semarang bekerja di perbankkan. Istrinya , Sismiyati bekerja sebagai guru di SMA negeri di Magelang yang  di besarkan di lingkungan pondok yang kesehariannya mempunyai aturan-aturan agama yang kuat pula .

Melakukan sholat lima waktu yang ditanamkan kedua orang tua Nindi dan Bimo  tidak pernah ditinggalkannya.  Walaupun  itu dalam keadaan darurat , kewajiban sholat tetap harus no satu.

Keluarga Pambudi tinggal dirumah yang sederhana di daerah Mertoyudan, Magelang. Rumah  joglo dengan pohon sawo tumbuh rindang di depan bangunan rumah itu, semakin menambah asri suasana lingkungannya. Penataan tanaman yang rapid an bersih, tempat duduk santai yang terpajang semakin betah untuk duduk-duduk .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline