Lihat ke Halaman Asli

Bidadari Tak Bersayap

Diperbarui: 29 Oktober 2021   22:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Bidadari Tak Bersayap

Sosok ibu bagaikan bidadari tak bersayap.Tidak ada kehidupan yang baru  jika bukan karena kehendak Sang Pencipta dan perjuangan dari seorang ibu.Kasih sayangnya yang begitu besar bagaikan bumi yang tak berujung atau bagaikan samudra lautan yang tak dapat diukur.

Tangis kesakitan disiang bolong, mengalahkan panas nya terik matahari dikala itu.Ibu mempertaruhkan nyawa untukku,walaupun harus mempertaruhkan hidup dan matinya.Rasa sakit yang teramat dalam  terkalahkan dengan kebahagian saat mendengar suara tangis bayi kecil nan mungil menangis untuk pertama kalinya, dan suara tangis itu pun menjadi pertanda telah ada kehidupan baru didunia.Dan lahirlah saya sesosok yang selama sembilan bulan ibu nantikan.

Saya adalah anak perempuan dari enam bersaudara dan sekaligus anak terakhir atau yang lebih dikenal dengan si bungsu kesayangan keluarga,terutama untuk ibu.Saya berjanji akan menjadi anak yang berbakti kepada mu ibu dan bapak.Kelak jika sudah dewasa saya berjanji akan bekerja keras demi kebahagiaan ibu dan berusaha lebih kuat lagi untuk membalas jasa ibu walaupun itu tak sebanding dengan pengorbanan ibu.

Bagi saya,ibu adalah bidadari tak bersayap yang Tuhan kirim untuk saya.Ibu adalah sosok yang mulia dan sangat berjasa.Pahlawan tanpa jasa untuk anak-anaknya.Guru diatas segala guru.Pelayan yang tidak pernah lelah dalam melayani keluarga.Pembantu yang tidak pernah meminta bayaran.Dokter yang sangat telaten dalam merawat keluarga.

Terkadang, ibu seperti serigala yang siap memangsa siapa saja yang mengganggu anak-anaknya.Ibu juga sangat tegas mengajarkan saya tentang tatakrama,tentang bagaimana bersikap yang benar saat berhadapan dengan orang yang lebih tua dan terkait malasah pendidikan,karena pendidikan merupakan hal yang penting bagi bagi saya kedepannya.Ibu berharap saya mempunyai cita-cita yang setinggi mungkin dan berjuang untuk mewujudkannya.

Yang paling penting dan utama adalah masalah agama.Sejak saya kecil ibu tidak pernah bosan untuk mengenalkan saya kepada Tuhan.Ibu dengan setia dan sabar terus mendidik saya untuk mengenal Tuhan.Salah satu cara nya adalah ibu selalu mengingatkan saya untuk berdoa sebelum makan dan sesudah makan.Terkadang ibu juga mengajak saya untuk doa bersama sebelum tidur malam.Ibu ku hemat !!! Beliau bidadari yang akan tetap cantik meski rambutnya tak  hitam lagi.

Suatu malam,ditengah gemuruh hujan saat itu tepatnya pukul 23.00 WITA saya dibangunkan oleh suara tangis kala itu.Ibu berdoa sambil menangis dengan kedua tangan menadah memohok kesembuhan Tuhan untuk Ayah saya yang sedang sakit.Ibu berdoa agar Tuhan berkenan mengambil penyakit yang diderita oleh Ayah serta mendoakan segenap keluarga senantiasa dilindungi oleh Tuhan sepanjang hayat.

Saat melihat ibu yang begitu khusuk dalam doa dan mendengar suara permohonan ibu yang putus-putus karena ibu sambil menangis membuat tubuhku bergetar,hatiku tersentak,sesak dan tanpa ku sadari air mataku menetes begitu saja.Saya tidak bisa berkata-kata betapa mulia dan tulusnya hati seorang ibu.Seringkali saya melawan perkataan ibu dan lebih memilih pergi saat ibu berusaha untuk menasihatiku di saat melakukan kesalahan.Saya lebih memilih pergi keluar bersama teman-teman dibandingkan ngobrol sama ibu,saat ini saya merasa ditampar oleh Tuhan lewat situasi ini.

Terkadang saya malas kalau disuruh ibu untuk melakukan pekerjaan rumah,saya memiliki sikap yang keras kepala dan sulit dikendalikan.Tetapi sekarang saya sadar bahwa apa yang ibu suruh sebenarnya sebuah pelajaran untuk saya jika suatu saat sudah berumah tangga.Maafkan saya ibu,yang seringkali mengecewakanmu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline