Di tengah penyebaran wabah pandemi Covid-19 yang dampaknya di berbagai sektor terasa oleh hampir seluruh lapisan masyarakat, para petani kita masih tetap menjalankan aktivitasnya seperti biasa.
Setidaknya ini seperti yang dilakukan oleh Kang Titut Edi Purwanto, seorang petani di Desa Pangebatan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Ia tetap mengolah lahan pertaniannya dengan penuh semangat.
Bagi dirinya bertani adalah jalan hidup, memproduksi hasil pertanian adalah suatu kebanggaan, mendatangkan kepuasan dan memberikan kebahagiaan dalam hidupnya. Terlebih pada keadaan saat ini, sebagai petani ia juga meyakini bahwa aktivitasnya dapat meningkatkan imunitas untuk menghadapi wabah virus Covid-19.
Musim hujan yang sudah tiba sejak beberapa waktu lalu adalah panggilan alam untuk dirinya dan para petani lain seperti dirinya untuk mulai menggarap lahan pertanian.
Pandemi bukanlah hambatan untuk terus berkarya. Para petani seperti Kang Titut tidak menjadikan pandemi sebagai tembok tebal yang menghalangi. Yang dilakukan untuk bertahan hidup dan sekaligus menjaga ketersediaan bahan pangan adalah sebuah tugas dan tanggungjawab yang harus dijalaninya.
Demikian seharusnya masyarakat harus menghadapi, dengan bangkit dan berbuat sesuatu untuk juga saling bantu bagi siapa pun yang terdampak oleh pandemi.
Kang Titut pun telah mulai mencabuti bibit padi dari persemaiannya. Dalam bahasa daerah setempat kegiatan ini disebut dengan ndaud. Hal ini adalah kegiatan rutin yang biasa dikerjakan setelah lahan pertanian siap dan umur bibit padi dirasa cukup untuk mulai ditanam.
Namun ada yang berbeda pada hari pelaksanaan ndaud di lahan pertanian Kang Titut pada hari Minggu yang lalu (20/12).
Pada hari tersebut, Kang Titut yang juga adalah seorang seniman dan pemilik Sanggar Seni Padepokan Cowong Sewu ini mengundang Pak Lurah, tokoh-tokoh masyarakat, seniman, budayawan, dan juga para sahabatnya di komunitas seniman budayawan Goramas (Gotong Royong Warga Banyumas) untuk mengunjungi sebuah pondok kecil sederhana tanpa dinding, yang dibangunnya di tengah sawah.
Pondok kecil yang disebutnya sebagai Gubug Sawah Cowong Sewu Desa Pangebatan itu sengaja ia bangun sebagai sebagai salah satu bentuk sumbangsih untuk tempat belajar anak-anak di desanya.