Lihat ke Halaman Asli

Try Raharjo

Orang Republik

Wayang, Seni Mendongeng Indonesia yang Diakui Dunia

Diperbarui: 8 November 2020   18:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana pameran wayang kulit di ruang Smargard, Museum Rietberg, Zurich, Swiss. (KOMPAS.com/Krisna Diantha)

Sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan sejak sebelum peradaban manusia mengenal aksara, tradisi bertutur kata memiliki fungsi sebagai alat komunikasi yang juga berperan dalam membentuk, menjaga dan memelihara peradaban, dan kelangsungan hidup masyarakat beserta lembaga-lembaga sosial yang dimilikinya.

Tradisi bertutur kata atau bercerita secara lisan ini bahkan masih tetap menjadi suatu alternatif metode komunikasi yang masih menarik digunakan hingga abad ini, walaupun tingkat literasi aksara sudah sangat tinggi.

Metode bertutur kata ini, pada awal penggunaanya adalah sebagai cara untuk antara lain menyampaikan strategi menangkap hewan buruan, menghindari daerah berbahaya, cara menaklukkan binatang buas, mengajarkan hikmah kejadian, menyampaikan kesaksian atau pengalaman berharga, dan lain-lain.

Sementara itu mendengarkan cerita pun menjadi salah satu metode pendidikan dan juga hiburan yang dapat ditemukan pada semua peradaban manusia, sebagai salah satu bagian dari upaya menjaga kelangsungan hidup, termasuk dalam mempertahankan sistem budaya dan sosial masyarakatnya.  

Pada dasarnya metode tersebut merupakan dasar bagi terbentuknya karya sastra lisan dan pengetahuan lain pada umumnya yang ditularkan dari satu generasi ke generasi penerusnya, yang juga memiliki peran strategis dalam membentuk aturan hukum adat dsb.

Menurut John Foley (Signs of Orality, 1999), tradisi lisan telah menjadi tradisi manusia zaman dahulu yang ditemukan di seluruh penjuru dunia. Arkeologi modern telah mengungkapkan bukti upaya manusia di berbagai budaya dalam melestarikan dan menyebarkan seni dan pengetahuan yang bergantung sepenuhnya atau sebagian di antaranya pada tradisi lisan.

Pada sebagian besar masyarakat yang belum mengenal aksara, bahkan sudah memiliki tradisi lisan yang kaya dan beragam seperti epik, dongeng, cerita rakyat, peribahasa, dan lagu rakyat yang secara efektif membentuk sastra lisan.

Salah satu metode yang digunakan dalam seni bertutur kata secara lisan yang paling awal mungkin adalah menceritakan sebuah cerita secara langsung kepada kepada lawan bicara, atau kepada beberapa penonton sekaligus dengan cara saling berhadapan.

Seni bertutur kata, menyampaikan pesan atau menceritakan sebuah kesaksian yang disampaikan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya itu terwujud dalam berbagai bentuk seperti ucapan, nyanyian, pantun, nasihat, balada, tembang atau lagu.

Metode kemudian berkembang, dengan memadukan unsur-unsur lain dari tradisi dan budaya lokal. Hingga bahkan kemudian memasukkan unsur-unsur budaya dari bangsa lain.

Tradisi bertutur kata atau bercerita secara lisan itu semakin pesat berkembang setelah ditemukannya aksara yang memungkinkan manusia dapat menuliskan cerita dan pesan di atas daun nipah, lontar, hingga pada kitab, dan sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline