Wabah COVID-19 telah berada diantara kita sejak sekitar lebih dari enam bulan lalu. Ada banyak hal yang telah mengubah perilaku hingga cara pandang kita dalam menghadapinya.
Di tengah situasi sulit akibat wabah ini, bersyukurlah ada hal positif yang menurutku sebenarnya makin menguat di kalangan masyarakat Indonesia yakni semangat untuk bekerjasama.
Dokter, tenaga medis dan paramedis berjuang di garis depan melawan virus, termasuk para relawan, didukung oleh aparat Polri, TNI dan Pemerintah yang bekerja keras menyusun kebijakan dan stimulus-stimulus untuk menjaga roda perekonomian terus berputar.
Sementara itu di tengah masyarakat timbul kesadaran-kesadaran dari perseorangan dan juga lembaga untuk menolong warga yang terdampak secara sosial dan ekonomi. Aksi solidaritas di tengah masyarakat untuk menolong sesama itu banyak dilakukan dan ini adalah sikap yang terpuji.
Tidak hanya peduli dengan cara mencegah penyebaran Covid-19, namun juga kepedulian sosial adalah merupakan sikap yang dibutuhkan dalam kondisi seperti ini.
Wabah Covid-19 yang hingga kini belum ditemukan penawarnya itu menjadi tantangan bersama yang harus dihadapi bersama-sama pula.
Di lingkunganku, nilai-nilai kerjasama untuk menjaga keselarasan hidup seperi itu disebut dengan gotong royong. Ada juga yang menyebutnya dengan gugur gunung, yang maksudnya adalah menggugurkan atau merontokkan gunung sebagai kiasan untuk tumpukan masalah.
Di daerah-daerah lain, semangat kerjasama memiliki aneka sebutan sesuai bahasa setempat, seperti: sabilulungan (Sunda), ngayah (Bali), song-osong lombhung (Madura), marsialapari (Batak), mapalus (Minahasa), alang tulung (Aceh), dll.
Kerukunan adalah dasar terbentuknya kerjasama
Hal yang mendasari terbentuknya semangat kerjasama itu tentu saja adalah kerukunan antar warga masyarakat.
Kerukunan adalah proses sosial yang terjadi di tengah masyarakat dalam menciptakan kehidupan bersama atas dasar perbedaan-perbedaan yang ada, baik dalam segi agama, politik, budaya, etnis dsb. sebagai jalan mencapai tujuan bersama.