Indonesia adalah negeri yang kaya akan alam, budaya, agama, ras atau suku dan juga bahasanya.Ada bahasa nasional dan bahasa daerah.Bahasa nasionalnya adalah bahasa indonesia sedangkan bahasa daerahnya adalah bahasa yang berada dipulau-pulau indonesia.Misalnya bahasa jawa, sunda, madura dan yang lainnya. Keanekaragaman tersebut patut disyukuri , dipertahankan dan dilestarikan agar tidak punah nantinya.Terutama bahasa. Meskipun bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting, bahasapun juga bisa punah tergerus zaman jika tidak digunakan dan dilestarikan. Karena semakin maju peradaban manusia , makin berkembang pula zamannya. Begitupun bahasanya pasti akan mengalami pertambahan atau bahkan perubahan.Seperti misalnya digenerasi milenial sekarang banyak yang memakai bahasa gaul ( seperti , btw , otw, gan dll).Sudah menjadi kewajiban bagi warga negara indonesia menjaga dan melestarikan bahasa tersebut. Baik bahasa nasional maupun bahasa daerah.Saya pernah mendengar kata-kata atau pepatah mengatakan , "pertahankan bahasa indonesia, kuasai bahasa asing dan lestarikan bahasa indonesia." ( kalo tidak salah kuranglebih seperti itu).
Kembali ke topik bahasan "punten dari jateng ". Mungkin teman-teman heran melihat judul yang saya kutip.Karena .. punten adalah salah satu kata yang diserap dari bahasa sunda yang artinya "permisi atau bisa juga maaf".Etnis suku sunda adalah mereka yang mendiami pulau jawa bagian barat( provinsi jawa barat, banten dan jakarta).Sedangkan jateng adalah pulau jawa bagian tengah yangmana masyarakatnya menerapkan bahasa jawa sebagai bahasa sehari-harinya.Tentu tidak lazim jika punten berasal dari jawa tengah.
Baiklah.. untuk menjawab semua penasaran teman-teman , saya akan sampaikan mengenai punten dari jateng.Punten yang saya maksud disini adalah punten berupa makanan dari beras yang diolah dicampur parutan kelapa.Tehnik pembuatannya mirip dengan pembuatan jadhah ( semacam uli kalau di jakarta).Disuguhkan untuk menemani teh hanyat kala pagi hari biasanya.Di desa saya kegiatan ngeteh atau ngopi ditemani cemilan biasa disebut wedhangan.
Sejarah awal mula punten tercetus adalah mbah mie ( nenek dari saudara ayah dan ibu ) .Mula-mula didesa kami tepatnya di ngrembang, kabupaten wonogiri , yangmana desa kami terkenal dengan panorama gunung gandhul dan waduk gajah mungkur.Masyarakatnya sebagian besar penduduknya masih petani pada waktu itu.Sehingga sudah terbiasa dengan alam sawah ( membajak, mencangkul, menanam padi, palawija, sayuran dan buah. Kembali ke punten.Punten mulanya adalah makanan yang identik dengan kegiatan nggarao sawah ( mengolah sawah ) .Nggarap sawah untuk bagian yang berat-berat adalah bagian bapak-bapak .Seperti mencangkuk, membajak sawah , nggaleng ( membuat jalan pembatas petak sawah.Sedangkan bagian ibu-ibu adalah menanam bibit padi ( tandhur ), ulur palawija, menyiangi gulma ( matun ) dan yang paling utama adalah memasak yaitu menyiapkan hidangan untuk yanģg menggarap sawah.Zaman dulu pada waktu saya disana sering membantu simbah memasak didapur.Banyak macam menu pacitan ( cemilan ) yang biasanya disuguhkan kala waktu nggarap sawah tiba.Seperti, gendhar bacem, gendhar goreng, tahu isi , tempe tepung krecek ( kalau disini rengginang ) , jadhah ( kalau disini namun jadah lebih kenyal dan lembut teksturnya, pisang goreng ,telo goreng , ubi rebus, arem-arem ( kalau disini lontong kecil yg ada isinya ) , punten dan masih banyak lagi, kalu disebutkan semua nanti takkan ada ujungnya hehe. Sampai ke pembahasan punten .Jadi pada waktu itu, mbah mie merasa bosan saat akan membuat menu pacitan untuk menemani teh hangat pagi itu. Biasanya jadhah lagi jadhah lagi. Hehe.Mbah mie suka jadhah namun karena memiliki penyakit magh jadi tidak bisa makan jadhah banyak
-banyak.Akhirnya mbah mie ajal-ajal ( coba-coba) iseng bikin jadhah tapi dari beras yang buat nasi, bukan beras ketan. Dan akhirnya berhasil.Namun, teksturnya tidak kenyal dan sedikit mawur.. masih ada tekstur nasinyanya.Tapi lembut rasanya sediki5 manis dari nasinya dan agak asin.Proses pembuatannya adalah mirip dengan pembuatan jadhah atau uli.Pembuatannya dengan dijojoh dengan alu ( ditumbuk dengan alu yaitu semacam kayu yang khusus dibuat untuk menumbuk gendhar , jadhah dan punten.Atau yang lainnya. Punten pun tak serta-merta langsung dinamai tersebut.Jaadi mbah mie setelah membuatnya senang dan tertawa namun sedikit merasa heran dan aneh dengan inovasi menunya. Pun bingung membuat namanya apa. "Rasane sih enak ning ra umum iki.. ujar beliau". Sambil menyajikan mbah mie bilang " pangapunten nggih sedoyo mawon niki sanes jadhah ning mirip .Pangapunten menawi rasane mboten eco." ( "maaf semua.. ini bukan jadhah tapi mirip .Maaf kalo rasanya tidak enak."). Setelah ditanya namanya apa , mbah mie belum bilang apa namanya. Setelah ngobrol di dapur mbah mie dan saya saling bertanya-tanya apa namanya.Sayapun mengusulkan "punten ae mbah" kan pangapunten ini menu yang nggak umum kaya orang-orang alias menu baru. Kata saya. Simbahpun menyetujuinya . Dan selanjutnya punten menjadi salah satu cemilan teman ngeteh dirumah atau lebih sering untuk hidangan untuk orang yang nggarap sawah. Ibu-ibu yang lain pun mengikuti simbah, membuat punten dengan resep yang telah diberikan simbah. Dan masih berkembang saat ini. Alhamdulillah.. demikian secuplik kisah punten dari jateng 😊😊.
Semoga bermanfaat dan menginspirasi.. happy reading & writing. 😊