Lihat ke Halaman Asli

Ibu Mari yang "Friendly" dan Menggemaskan

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

SAYA berkesempatan mengamati dari dekat sepak terjang Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu ketika meliput KTT ASEAN 2009 di Hua Hin, Thailand, akhir Februari lalu. Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali mengangkat Ibu Mari sebagai menteri perdagangan, saya pun 1.000 persen setuju. Faktanya bukan saya saja yang berpendapat demikian. Ibu Mari adalah satu-satunya menteri Kabinet Indonesia Bersatu yang kembali diangkat tanpa resistensi dan kontroversi. Wanita kelahiran Jakarta 23 Oktober 1956 itu dinilai banyak pihak sebagai kandidat ideal. Ia berangkat dari profesional bukan politisi. Ia adalah mantan direktur eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) dan seorang ekonom perempuan Indonesia yang sudah dikenal dunia. Kemampuannya hanya bisa ditandingi Sri Mulyani. Namun perjalanan Mbak Ani sempat disorot terkait kasus Bank Century. Ibu Mari adalah sosok pejabat tinggi yang friendly, "pedagang" ulung, sekaligus "menggemaskan" ketika menjual perdagangan Indonesia. Ia sadar publikasi tetapi bukan tanpa isi. Ketika seorang teman saya dari salah satu stasiun televisi memintanya bergaya demi mendapatkan rekaman audio menarik, ia pun bersuka hati. "Biar kelihatan bekerja kan," katanya diiringi tawa renyah. Matanya menyipit kalau tertawa dan segera "berakting" layaknya bintang sinetron di depan kamera.  Mari adalah wanita China Indonesia pertama yang menduduki posisi di kabinet. Ia seorang ekonom yang telah menjadi pembicara laris bukan hanya di Indonesia tapi juga di berbagai belahan dunia lainnya. Namanya sudah tidak asing bagi media berkelas dunia. Sering menjadi nara sumber bagi Time, CNN, Asiaweek dan lain-lain. Bahkan ia sering dimintai masukan oleh berbagai lembaga keuangan dunia seperi World Bank, IMF dan ADB. Sudah sangat banyak tulisan karyanya yang dipublikasikan berbagai media di dalam maupun luar negeri. Ia juga menjadi kontributor pada banyak buku. Dalam setiap kesempatan wawancara, Ibu Mari adalah salah satu pejabat yang mudah dikorek informasinya. "Ya begitu, tanya yang banyak sama Bu Mari," celetuk Presiden SBY ketika melihat pembantunya itu dikerubuti wartawan di sela KTT ASEAN, Februari lalu. Ketika Indonesia mempromosikan produk sepatu dalam negeri dan pakaian tradisional batik, Ibu Mari siap menjadi model dadakan. Ia berlenggak-lenggok layaknya model profesional  di atas catwalk ketika penutupan Pameran Alas Kaki, Kulit & Produk Kulit Indonesia 2009 di Jakarta Convention Center bulan Februari dan acara di Assembly Hall, Jakarta Convention Centre (JCC) Agustus lalu. Ia juga tak canggung memakai jilbab. Hasilnya, selama 2008, total nilai ekspor Indonesia mencapai 136,76 miliar dollar AS atau naik 19,86 persen dibanding kinerja 2007. Dan saat krisis ekonomi dunia menghantam, kinerja ekspor Indonesia tahun 2009 terus membaik menyusul naiknya harga komoditas dan permintaan produk ekspor Indonesia. "Bisa lebih baik dari prediksi awal. Pada semester I kan masih minus 20 persen nilai ekspornya, tapi untuk seluruh tahun kita optimistis bisa minus 15 persen saja," kata Mari dalam suatu kesempatan. Pendeknya, Ibu Mari memang pantas dipertahankan dan semoga sukses di lima tahun pertama terus berlanjut pada lima tahun kedua Kabinet SBY-Boediono. Dan jangan lupa Bu Mari! Tetap mau menjadi model dan artis sinetron dadakan ya....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline