Berbicara tentang warung kelontong daerah, setidaknya saya memiliki banyak cerita tentangnya.
Menyimak dari artikel yang ditulis Kompasiana 26 November 2022 dengan judul "Warung Kelontong Daerah", rasanya tergelitik untuk mengulasnya.
Warung kelontong daerah yang identiknya dimiliki atau ditunggui oleh perantau bukan warga setempat dan biasanya berada di kota-kota besar atau kota industri.
Selain warung kelontong, setidaknya ada beberapa jenis warung daerah yang memiliki kesamaan di antaranya warung lang rokok, warung nasi daerah, dan warung burjo atau warmindo.
Sekitar dari mulai tahun 1996 sampai dengan tahun 2008 silam, orang tua saya menggeluti bisnis ini yaitu menjadi pedagang rantau di daerah kawasan industri Karawang. Kenapa disebut bisnis? Karena pekerjaan ini kian berkembang seiring dari masa ke masa saat orang tua menjalaninya.
Dari mulai hanya sebagai karyawan biasa buruh tunggu warung bubur kacang ijo dan indomie milik ayahnya (kakek saya), lalu menjadi mitra aplusan yaitu menjadi pemilik warung dengan sistem berbagi modal dan waktu berjualan (terlibat langsung sebagai pemilik dan penjual secara bersamaan).
Mulai dari 1 warung, lalu kemudian bertambah hingga menjadi 5 warung yang terdiri dari 2 warung lang rokok dan 2 warung nasi dan 1 warung bubur kacang ijo.
Warung lang rokok yaitu warung dengan bentuk balok persegi panjang seperti gerobak, terbuat dari rangka kayu dengan bahan seng dan triplek untuk sisi-sisinya.
Warung tersebut memiliki kaki pendek di tiap sudut bawah dan ruang kosong di dalamnya yang hanya muat untuk tidur satu orang dewasa saja.