Lihat ke Halaman Asli

Tri Mulyati

senang berpikir dan menulis

Budaya Konformitas di Balik Kata "Bestie"

Diperbarui: 14 Juli 2022   03:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penggunaan kata "bestie" yang populer di kalangan remaja maupun dewasa, perlu diwaspadai dimungkinkan dapat membentuk budaya konformitas. Ilustrasi: Freepik 

"Apa kabar hari ini bestie?"

Nah, siapa yang tak familiar dengan gaya sapaan semacam ini? Tentu saja sangat tak asing di telinga.

Sapaan ini terdengar ‘manis’ karena didalamnya terdapat kata ‘bestie’ yang merupakan sesuatu yang baru dan sedang menjadi populer penggunaannya saat ini. 

Mari kita telusuri lebih lanjut dari kata "bestie" ini.

Kata "bestie" merupakan salah satu kata slang (bahasa gaul) yang banyak digunakan saat ini khususnya oleh kalangan milenial. Kata "bestie" dapat diartikan sebagai teman dekat atau sahabat. 

Dalam penggunaannya, terdapat dua tujuan. Pertama memberi kesan akrab, dan kedua untuk membentuk identitas.

Menurut penulis, dalam hal ini kedua tujuan tersebut dimungkinkan menghasilkan dampak sosial yang berbeda, yaitu dampak positif dan negatif. 

Contoh dampak positif dari penggunaan kata "bestie" misalnya digunakan diantara kalimat candaan sehari-hari atau sapaan ringan pada banyak orang tanpa tertuju pada orang tertentu sebagai penjalin keakraban.

Sedangkan contoh dampak negatifnya yaitu jika seseorang mengatakan kata "bestie" hanya pada orang-orang tertentu atau kelompok yang ia sering terlihat bersamanya sehari-hari yang dapat diartikan bahwa ia sedang membentuk identitas yaitu ingin orang lain tahu pengakuan spesialnya “ini adalah kelompokku” terhadap kelompok tersebut.

Namun, apabila hal ini terlalu kuat, akan menghasilkan fenomena khas, yaitu budaya perkelompokan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline