Teknologi berkembang begitu cepat dan sangat pesat terutama dibidang teknologi informasi sehingga banyak kemudahan-kemudahan akses yang bisa diterima, mulai dari ilmu pengetahuan,social budaya ekonomi, teknologi dan politik, juga betapa mudahnya kita disughi dengan berita-berita yang lalu Lalang diberanda kita,mulai dari beranda twiter,facebook,dan Instagram kita harus dituntut jeli dalam menyaring informasi yang sekarang begitu deras yang sampai kepada kita,mulai dari opini,fakta bahkan hoax sekalipun.
Tidak sedikit dari kita kurang jeli dalam menelaah informasi yang beredar sehingga mengakibatkan kepada kita terjrembab kedalam informasi hoax, kjelian dan luasnya literatur yang sahih sangat perlu untuk membentengi diri kita dari informasi-informasi hoax. 2o (Lembaga Pemasyarakatan)
Dikutip dari laman kominfo.go.id Kominfo menemukan jumlah konten hoax yang beredar di tengah masyarakat terus meningkat dari bulan ke bulan. Adapun dari penelusuran Mesin AIS Kominfo, jumlah hoax, kabar bohong, berita palsu dan ujaran kebencian terus meningkat menjelang hari pencoblosan 17 April 2019. Tidak berhenti di tanggal pencoblosan, jumlah hoax terus bertambah setelah pemilihan.
Di bulan Agustus 2018 ada 25 hoax yg diidentifikasi oleh Tim AIS Subdit Pengendalian Konten Ditjen Aplikasi Informatika. Di September 2018, naik menjadi 27 hoax, sementara di Oktober dan November 2018 masing-masing di angka 53 dan 63 hoax. Desember 2018, jumlah hoax terus naik di angka 75 konten.
Peningkatan jumlah konten hoax sangat signifikan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2019. Sebanyak 175 konten hoax yang berhasil diverifikasi oleh Tim AIS Kemkominfo. Angka ini naik dua kali lipat di Februari 2019 menjadi 353 konten hoax. Angka tersebut terus menanjak menjadi 453 hoax selama Maret 2019.
Dari total 1.731 hoax sejak Agustus 2018 hingga April 2019 yang diidentifikasi, diverifikasi dan divalidasi oleh Tim AIS Kemekominfo, hoax kategori politik mendominasi di angka 620 item hoax. Disusul 210 hoax kategori pemerintahan, 200 hoax kategori kesehatan, 159 hoax terkait fitnah, 113 hoax terkait kejahatan dan sisanya hoax terkait isu agama, bencana alam, mitos, internasional dan isu lainnya. Masih dalam kutipan laman kominfo.go.id bahwa menurut kominfo ada sekitar 800.000 situs penyebar hoax di Indonesia. Ini berarrti kita harus pandai-pandai memilih dalam mengakses informasi,lalu bagaiman supaya kita tidak terjebak dalam informasi hoax, lita harus memperluas khasanah pengetahuan kita dengan membaca sumber-sumber yang sahih atau literatur yang kredible.
Beberapa tahun belakangan ini kita sering mendengar oragnisasi kemasyrakatan yang peduli anti hoax, mulai dari Mafindo, Turnback Hoax, Masyarakat Anti Fitnah, ini merupakan gerakan masyarakat yang peduli dengan keadaan bangsa dan negara kita untuk mengedukasi masyrakat supaya tidak terjerembab dengan informasi hoax ditengah derasnya arus informasi akibat perkembangan teknologi informasi.
Penanggulangan informasi atau berita hoax dikalangan milenial pada anak usia sekolah ini sejalan dengan beberapa program pemerintah saat ini,melalui Kemendikbud misalnya yang menggalakan literasi dan HOTS ( Higher Order of Thinking Skill) atau berpikiran kritis. Dan juga gerakan literasi yang digalangkan oleh pemerintah melalui kemendikbud secara tidak langsung akan membuka wawasan bagi generasi melenial untuk melek literasi,supaya tidak mudah termakan berita hoax.
Penerapan HOTS dalam system Pendidikan kita berarti kita mengajari generasi milenial untuk mempunyai skiil dalam berfikir, menurut Pratiwi 2019:128, 3 (Tiga) kemampuan penting diantaranya, kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif dan memecahkan masalah, adapun konsep atau karakter dari HOTS ini diharapkan generasi milenial mampu mempunyai ktrampilan minimal diantaranya
- Berfokus pada pertanyaan atau informasi yang diperoleh
- Menganalisis / menilai argumen dan data
- Mendefinisikan konsep
- Menentukan kesimpulan
- Menggunakan analisis logis
- Memproses dan menerapkan informasi
- Menggunakan informasi untuk memecahkan masalah
Untuk membangun konsep HOTS ini yang paling pertama kita lakukan adalah membudayakan literasi atau budaya baca dikalangan remaja,meskipun hal ini menjadi PR besar karena rendahnya tingkat literasi kita.menurut kepala perpustakaan nasional (Perpusna) Muhammad Syarif Bando yang ditulis kompas saat dengar pendapat di DPR RI indonesia menunjukan pada angka 55,74 atau sedang,Menurut sayarif data ini didapatkan dari hasil survey dengan 10.200 responden dari 34 provinsi untuk mengukur Frekuensi membaca dan judul buku yang dibaca. Sedangkan menurut kutipan dilaman https://perpustakaan.kemendagri.go.id/ literasi Indonesia di Dunia rendah diangka 62 dari 70 Negara.
Fakta lain yang tidak kalah mencengangkan bahwa indonesi munurut UNESCO sesuai kutipan dilaman kominfo.go.id menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.