Lihat ke Halaman Asli

Tri Merry

Mahasiswa

Polarisasi Politik Melalui Media Sosial

Diperbarui: 18 Oktober 2024   17:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Polarisasi politik melalui media sosial telah menjadi isu yang semakin relevan, terutama menjelang pemilihan umum di Indonesia. Media sosial tidak hanya berfungsi sebagai platform komunikasi, tetapi juga sebagai arena di mana opini politik dibentuk dan diperdebatkan. Dalam konteks ini, polarisasi politik merujuk pada pembelahan masyarakat menjadi kelompok-kelompok yang saling berseberangan, sering kali disertai dengan ketegangan dan konflik. 

Mekanisme Polarisasi Politik

1. Penyebaran Informasi Tendensius

Media sosial memungkinkan penyebaran informasi yang cenderung memihak pada satu kubu politik. Hal ini dapat memperkuat pandangan pendukung dan menciptakan ketidakpercayaan terhadap lawan politik. Contohnya, konten yang menyudutkan kandidat tertentu sering kali viral, memicu perpecahan di masyarakat. Penyebaran informasi tendensius seperti ini dapat membuat opini publik semakin sulit untuk mendapatkan fakta yang akurat.

2. Kampanye Hitam

Kampanye hitam merupakan salah satu bentuk manipulasi opini publik yang efektif melalui media sosial. Serangan pribadi terhadap kandidat lawan dilakukan secara masif, bukan hanya merusak citra kandidat tapi juga meningkatkan ketegangan antara pendukung kedua belah pihak. Ini membuktikan bahwa kampanye hitam sangat berpotensi memburukkan suasana politis dan memecahkan masyarakat menjadi dua kelompok yang bertolak-belakang.

3. Filter Bubble

Filter bubble diciptakan oleh algoritma media sosial yang menampilkan konten sesuai preferensi pengguna. Akibatnya, pengguna hanya terpapar pada informasi yang mendukung pandangan mereka sendiri, sehingga mengurangi kesempatan untuk berdialog dengan pandangan berbeda. Filter bubble seperti ini isolatif dan menghalangi dialog antarpandangan yang konstruktif, sehingga memperlemah demokratisasi.

4. Hoaks dan Disinformasi

Hoaks dan disinformasi sangat umum terjadi di media sosial, terutama menjelang pemilu. Informasi palsu ini dapat mempengaruhi opini publik dan memperburuk polarisasi politik. Aktor politik sering dimanfaatkan hoaks/disinformasi untuk memanipulasi opini publik demi kepentingan tertentu, menciptakan ketidakpercayaan terhadap institusi dan proses demokratis.

Dampak Polarisasi Politik

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline