Lihat ke Halaman Asli

Tri Megawangi Mahardika

Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran.

Seren Taun: Tradisi Perayaan Syukur dan Kebersamaan dalam Adat Sunda

Diperbarui: 15 Juli 2024   15:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi seren taun/kompas.com

Di tengah hiruk-pikuk modernitas, masyarakat Sunda di beberapa daerah masih setia menjaga tradisi leluhur mereka, salah satunya adalah Seren Taun. Tradisi ini adalah perayaan syukur atas hasil panen yang melimpah, sekaligus doa untuk keberkahan di tahun mendatang. Upacara yang digelar oleh masyarakat Sunda ini bukan sekadar perayaan, melainkan bentuk rasa syukur dan penghormatan terhadap leluhur serta alam semesta. Seren Taun menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat adat, menghadirkan suasana penuh khidmat dan kebersamaan yang kental. 

Persiapan untuk Seren Taun dimulai jauh sebelum hari pelaksanaannya. Warga desa bergotong royong membersihkan lingkungan, mempersiapkan bahan-bahan persembahan, serta menghias tempat upacara dengan berbagai ornamen tradisional. Semangat gotong-royong ini bukan hanya mencerminkan kebersamaan, tetapi juga memperkuat ikatan sosial di antara mereka. Berbagai jenis hasil bumi seperti padi, jagung, dan umbi-umbian dikumpulkan sebagai simbol kemakmuran dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berbagai rangkaian acara turut memeriahkan Upacara Seren Taun ini.

Pada hari puncak Seren Taun, masyarakat berkumpul di bale desa. Upacara dimulai dengan prosesi adat yang dipimpin oleh pemuka agama dan pemuka adat. Mereka membawa hasil panen terbaik, seperti padi, jagung, dan umbi-umbian, yang akan dipersembahkan sebagai tanda syukur. Prosesi ini diiringi dengan tabuhan gamelan dan tarian tradisional yang menambah sakralitas suasana. Proses ini melambangkan harapan akan panen yang melimpah di tahun mendatang. Seluruh rangkaian upacara diiringi oleh alunan musik tradisional yang mendalam, mengajak setiap orang untuk meresapi setiap langkah dan doa yang dipanjatkan.

Seren Taun tidak hanya menjadi ajang perayaan, tetapi juga momen memperkuat kebersamaan dan spiritualitas. Seluruh lapisan masyarakat, dari anak-anak hingga orang tua, terlibat aktif dalam setiap kegiatan. Mereka duduk bersama, berbagi cerita, dan menikmati berbagai hidangan tradisional yang telah disiapkan. 

"Seren Taun ini bukan hanya tentang tradisi, tetapi juga tentang memperkuat tali silaturahmi dan menyatukan hati dalam rasa syukur," ujar Ibu Anin, salah satu peserta Upacara Seren Taun. Menurutnya, nilai-nilai kebersamaan yang tercipta dalam Seren Taun sangat penting untuk menjaga harmoni dan keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat.

Di tengah arus modernisasi, upacara Seren Taun menjadi benteng terakhir untuk melestarikan warisan budaya Sunda. Masyarakat adat terus berupaya mempertahankan tradisi ini agar tidak terkikis oleh perubahan zaman. Mereka mengajarkan nilai-nilai luhur Seren Taun kepada generasi muda, agar tradisi ini tetap hidup dan berkembang.  

Setelah serangkaian upacara dan perayaan selesai, masyarakat kembali ke kehidupan sehari-hari dengan semangat baru. Mereka membawa harapan dan doa yang telah dipanjatkan dalam Seren Taun, berharap tahun mendatang akan membawa hasil panen yang lebih baik dan keberkahan yang melimpah. Tradisi Seren Taun menjadi sumber inspirasi dan motivasi untuk terus bekerja keras dan menjaga keharmonisan dengan alam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline