Lihat ke Halaman Asli

Tri LestariRahayu

Mahasiswa Universitas Pamulang

Kretek di Tangan Perempuan (Kritik Sastra)

Diperbarui: 6 April 2021   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di negeri ini budaya patriaki yang masih terasa kental dan melekat di keseharian masyarakat, membuat perempuan merasa sulit untuk mengekspresikan diri. Ada banyak hal yang kemudian menjadi tidak pantas dilakukan perempuan. Seakan-akan mereka berada dalam satu ruang yang memiliki garis antara yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Namun sayangnya, yang tidak pantas dilakukan perempuan itu bisa dengan leluasa dilakukan lelaki tanpa ada pandangan miring terhadapnya.

Salah satunya pandangan masyarakat terhadap kretek (rokok). Tindakan mengkretek apabila dilakukan oleh laki-laki, akan dinilai masyarakat sebagai hal yang biasa. Namun, apabila seorang perempuan terlihat sedang mengkretek, maka akan dilabeli sebagai seorang yang entah itu “tidak baik”, atau “nakal”.

Salah satu penulis karya sastra novel yang membahas perempuan dan kretek ialah Ratih Kumala dengan novel yang berjudul Gadis Kretek yang terbit pada tahun 2012. Pada novel tersebut Ratih Kumala menceritakan perempuan pembuat kretek yang sukses ditangannya. 

Seakan-akan Ratih Kumala ingin menunjukan perempuan di budaya patriarki bisa sukses atas kerja keras yang dilakukan. Ratih Kumala berhasil menggambarkan tokoh wanita di novel tersebut, yaitu tokoh Jeng Yah sebagai wanita yang di hormati dan di segani oleh para laki-laki karena keuletannya dalam membuat kretek, hingga membuat tokoh perempuan tersebut di kenal dengan sebutan Si Gadis Kretek.

Pada tokoh Jeng Yah ia tampil sebagai perempuan yang mandiri, mengelola sebuah perusahaan Kretek Gadis milik ayahnya. Kretek yang identik dengan keperkasaan laki-laki itu dikelola dengan baik oleh seorang gadis belia yang cantik dan ia juga memimpin perusahaan Kretek Gadis sehingga menjadi sebuah perusahaan kretek terkenal. Dapat dikatakan bahwa tokoh perempuan dalam novel Gadis Kretek memiliki peran yang penting dalam sejarah perkembangan bisnis kretek pada masa itu. 

Dengan kata lain perempuan tidak dihadirkan sebagaimana perempuan yang selama ini dianggap lemah, ternyata perempuan dapat melakukan hal-hal yang tidak disangka oleh laki-laki, seperti pada tokoh Jeng Yah yang menjadi penerus sebuah pabrik kretek yang pada waktu itu kebanyakan dipimpin oleh sosok laki-laki bahkan memiliki pesaing yang dipimpim oleh laki-laki juga.

Sampul pada novel Gadis Kretek menggambarkan seorang gadis berkebaya dengan tatapan yang tajam dan memegang kretek di tangan, seakan sudah memberi gambaran dalam isi cerita tersebut. Kata Kretek yang dijadikan judul tidak hanya sekedar tempelan.

Pada novel ini, penulis menulis dengan lihai mengenai cara membuat rokok, mulai dari penggunaan daun jagung yang dikeringkan (klobot) lalu diisi tembakau dan cengkeh, klembak menyan, hingga akhirnya papier (kertas pembungkus). 

Ratih Kumala juga mampu memadukan antara cinta, keluarga, bisnis dalam balutan sejarah dan budaya yang diracik apik dalam novel Gadis Kretek. Namun, novel tersebut terdapat kelemahan di mana latar tempat yang di sebut dengan kota M, tidak memiliki kejelasan, padahal kota lain seperti Cirebon, Kudus, Jakarta, dan Magelang di tulis dengan jelas di dalam novel tersebut.

***

Judul buku      : Gadis Kretek

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline