Lihat ke Halaman Asli

Sumbu Pendek: Jokowi “Api dalam Sekam”

Diperbarui: 21 Juli 2015   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Baru-baru ini  Mendagri Tjahjo Kumolo memunculkan istilah ‘sumbu pendek,’ pascakerusuhan di Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, yang terjadi pada Jumat (17/7) pagi. Tjahjo menggarisbawahi perlunya deteksi dini terhadap potensi konflik horizontal di daerah.

Ada 12 korban saat kerusuhan Tolikara itu, satu orang meninggal dunia sementara 11 lainnya luka-luka, sebagian dirawat di RSUD Karubaga, korban lain dirujuk ke Wamena dan ada yang dirawat di Jayapura.

Konon peristiwa ini dipicu oleh beredarnya surat pemberitahuan dari Badan Pekerja Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Wilayah Toli soal penyelenggaraan seminar dan kebaktian kebangunan rohani (KKR) pada 13-19 Juli 2015.

Sekalipun sudah dimediasi oleh Bupati dan Kepala Kepolisian Resor Tolikara, namun tetap saja sekitar 70 orang bergerombol datang dan berteriak, menolak pelaksanaan salat id di lapangan Markas Komando Rayon Militer (Makoramil) 1702-11 Karubaga.

Mereka melempari batu ke arah aparat dan warga yang salat, disusul perusakan dan pembakaran kios yang merambat pada terbakarnya masjid. Polisi kemudian menembakkan senjata ke udara dan tanah.

“Bukan hanya kios penduduk muslim yang terbakar. Ada yang penduduk asli Tolikara, ada yang kristen dari Toraja karena itu merembet kan (kebakarannya)," ungkap Khofifah, Menteri Sosial RI, Minggu (20/7/2015).

Tim Kemensos mendata, ada 63 ruko dan 1 musala yang terbakar dalam insiden yang terjadi pada Jumat (17/7) lalu itu. Sebanyak 153 jiwa yang tinggal di 63 ruko itu kini mengungsi di belakang kantor Koramil dan Polres setempat.

Di tempat terpisah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui staf khususnya menyampaikan permohonan maaf untuk seluruh umat Muslim di Tanah Air atas terjadinya peristiwa penyerangan warga di Kabupaten Tolikara, Papua itu.

Sumbu pendek sebenarnya adalah arti kiasan yang menunjukkan tingkat tingginya emosi seseorang atau kelompok sehingga memicu tindakan kekerasan terhadap orang lain atau kelompok lain. Namun bisa saja sumbu pendek diperluas menjadi suatu kondisi yang memicu emosi seseorang atau kelompok karena alasan ekonomi, politik, sosial, SARA, ideologi, hukum dan lain-lain.

“Saya ini sumbu pendek,” kata (Wakil) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang dikenal dengan sikap galaknya dan kadang emosional,  di Balai Kota, Senin (14/1/2015), menyebut dirinya sebagai salah satu contoh.

Sumbu pendek tidak bisa dilihat terbatas sebagai potensi konflik horizontal, tetapi terjadi juga sebagai konflik vertikal, bahkan mungkin melibatkan kondisi multi dimensi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline