Bab 3
Diva menjadi gadis pemurung. Bicaranya irit ketika ditanya ibunya maupun nenek Diva. Semenjak kejadian siang itu, Diva lebih sering mengurung diri di kamar.
"Diva,,," Ayo keluar, Nak. Ibu bikinan makanan kesukaanmu." Ibu berdiri memandang anak semata wayangnya. Hatinya teriris melihat kondisi Diva sekarang.
Terdengar langkah kaki berjalan menuju ke arah mereka. "Ada apa ini?" Kenapa Diva, Nduk?'
"Diva teringat ayahnya, Mbok."
Bu Aminah tak bisa menyembunyikan perasaannya. Di ujung matanya air bening menetes. Cepat-cepat ia hapus air mata itu, jangan sampai Diva tahu betapa rapuhnya ia sebagai ibu.
Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Diva tumbuh menjadi gadis yang cantik. Wajahnya ayu, seperti ibunya dan sorot matanya tajam. Hari itu juga Diva ingin mencari sosok ayahnya yang menurut neneknya, tinggal di kota Semarang. Ia pun bertekad menyusul ayahnya. Dan hanya dengan bantuan alamat yang lusuh di tasnya. Diva ingat dalam mimpinya jika ayahnya ingin sekali bertemu dengannya. Mungkin inilah langkah awal Diva mencari ayah kandungnya.
"Diva, benar kamu ingin mencari ayah kandungmu?" tanya Bu Aminah dengan suara penuh tekanan.
"Aku yakin Bu, jangan halangi Diva unyuk kali ini. Aku hanya ingin ketemu ayah dan aku janji akan kembali pada ibu," kata Diva. Ditatapnya perempuan itu dengan penuh harap.
Bu Aminah mendesah pelan. "Baiklah kalau itu maumu. Pesan ibu, hati-hati di sana. Jika kamu sudah ketemu ayahmu, hubungi ibu dan nenekmu."