Lihat ke Halaman Asli

Go Home

Diperbarui: 1 Juni 2024   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Canva

Bab 2

Diva segera mengambil nasi dan pepes jamur kebatas piring. " Wah, enak sekali pepenya, Bu. Aku suka sekali." Diva makan dengan lahapnya. Bu Aminah dan neneknya tersenyum melihat Diva.

Pagi hari nan cerah. Diva bangun lebih awal. Tubuhnya yang mungil bergerak turun dari ranjang bambu. Ia menoleh ke arah jendela. "Ternyata Cuma mimpi," batinnya berkata. Ia menghela nafas panjang.

Pikirannya berkecanuk saat mengingat mimpinya yang seperti nyata. Sosok pria paruh baya, yang memanggil namanya, dan memeluknya sangat erat.  "Ayah..." Iya, sosok di dalam mimpinya itu ayah Diva yang selama ini menghilang.

Sambil berjalan ke arah jendela, ia bergumam. "Apa arti mimpiku semalam?"  Lagi-lagi ia menoleh ke arah ibunya yang masih tidur. Wajahnya ayu dan terlihat damai sekali. "Apa aku harus tanya langsung kepada ibu ya?" pikir Diva sambil melihat keluar jendela. Jendela kayu dibukanya, dan angin pun masuk menerpa wajah polos Diva.

Ibu menggeliat sebentar, dan matanya menyipit karena sinar matahari masuk ke dalam ruangan kamar. "Kamu sudah bangun, Nak?"

"Sudah, Bu." Diva berjalan menghampiri ibunya. "Aku mimpi ayah."

Bu Aminah terkejut, dan ia pun duduk bersebelahan dengan Diva. "Ayah? Apa maksudmu, Nak?"

"Aku mimpi Ayah, Bu. Ia memanggil namaku dan memelukku," tukas Diva. Tak terasa air bening menetes di sudut matanya.

Bu Aminah segera memeluk anaknya. Ia bingung mau bicara apa soal suaminya itu.  "Kamu  gak bakalan ketemu dengan ayah..."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline