Lihat ke Halaman Asli

Tri Harmoko

Diri Sendiri Seutuhnya

"Kartu Kuning" Itu Sah-sah Saja

Diperbarui: 7 Februari 2018   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Kartu Kuning" yang diberikan Ketua BEM UI,  Zaadit Taqwa sah saja di tengah kondisi negara yang didera berbagai persoalan. Sekilas menjadi tak lazim bagi sebagian orang bila dipandang dari sisi perbuatan yang telah dan belum dilakukan Zaadit Taqwa dibanding orang lain.

Sah saja disini maksudnya, karena itu bagian dari ekspresi masyarakat Indonesia khususnya mahasiswa dalam menyikapi masalah yang ada. Termasuk masalah di Asmat, Papua yang menjadi sampel kritik ketua BEM salah satu kampus negeri di negara ini.

Butuh banyak cara untuk mengubah keadaan yang dalam ekpresinya bisa terlihat, tak terlalu terlihat hingga terlihat sekali. Yang tak terlihat maupun tak terlalu terlihat mungkin dilakukan orang-orang terkait masalah gizi buruk di Asmat dengan melakukan upaya baik sebagai dokter, relawan sosial, penggalangan bantuan dan lainnya.

Yang terlihat dalam konteks berbeda salah satunya terjadi seperti yang dilakukan Zaadit Taqwa. Ia mengekpresikan jelas rasa kecewanya yang anti mainstream lewat kartu Kuning itu.

Sebagian orang melihat itu salah sebagai penghinaan terhadap Presiden sebagai lambang negara. Ditambah lagi bila ada yang melihat Zaadit Taqwa belum berbuat nyata untuk masalah di Asmat.

Namun perlu diingat, perjuangan masalah negara ini tak terlepas dari proses santun hingga bisa dibilang frontal. Dari zaman penjajahan, masa reformasi hingga detik ini. Beberapa cara tersebut terkadang harus dilakukan apabila salah satu cara saja belum bisa merubah keadaan.

Zaadit Taqwa adalah mahasiswa dan dia aktivis. Sepertinya sah-sah saja ia lebih ekspresif menyampaikan kritiknya lewat kartu kuning diacara resmi UI itu. Sekiranya tak perlu dikhawatirkan, tinggal disikapi dengan cara pandang berbeda.

Bukan kah kita dilahirkan berbeda dengan beragam latar belakang. Demikian juga cara pandang, cara bertindak yang kalau kita sadari sebenarnya bertujuan sama.

Baik para relawan, dokter, Zaadit Taqwa dan semua pihak yang menaruh perhatiannya untuk masalah seperi di Asmat adalah bertujuan sama. Cara mereka yang berbeda dan dipandang beda juga baik dan buruknya. Perlu diingat tujuannya sama, ingin masalah gizi buruk dan soal lainnya di Kabupaten Asmat, Papua cepat selesai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline