Lihat ke Halaman Asli

Ikrar Sang Pendekar (111): Bisnis Jimat

Diperbarui: 26 November 2024   06:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Tri

Oleh: Tri Handoyo

Salah seorang adik Eyang Semi, Raden Renggo, yang menjadi pertapa di puncak Argopuro, di pagi buta tiba-tiba turun gunung. Ia berniat mengingatkan bahwa ada sesuatu yang tidak beres mengenai hubungan kakaknya dengan Kanjeng Wotwesi.

“Maaf, Mbakyu!” ucap Raden Renggo, “Apa keputusan untuk menikah dengan Kanjeng Wotwesi sudah dipikirkan dengan matang? Dia itu orang jahat!”

Eyang Semi tersentak kaget mendengarnya. Adiknya itu sudah cukup lama bertapa, dari mana dia bisa tahu tentang rencana pernikahan itu. Bahkan tidak semua keluarganya tahu, karena memang rencana itu masih dirahasiakan.

“Sedap jangan ditelan, pahit jangan dimuntahkan!” imbuh Ki Renggo. Arti dari pepatah itu adalah berpikir matang-matang sebelum bertindak agar kelak tidak kecewa.

“Kamu tidak pernah berubah!” balas Eyang Semi datar, tapi jelas sikapnya menunjukkan bahwa ia merasa tersinggung.

“Tidak berubah bagaimana?”

“Selalu sok tahu dan suka menggurui orang!”

“Maaf, saya hanya sekedar mengingatkan!”

“Ternyata di puncak gunung pun tidak menjamin orang bebas dari berita fitnah! Siapa orang yang menyampaikan fitnah tentang Kanjeng Wotwesi sampai ke puncak gunung?”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline