Lihat ke Halaman Asli

Ikrar sang Pendekar (106), Menyisahkan Kesunyian

Diperbarui: 9 November 2024   05:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Tri

Oleh: Tri Handoyo

Semua saudara Raden Suncoko dan anak-anak mereka yang telah dewasa telah berkumpul sejak pagi tadi.

"Orang-orang tua kita adalah manusia yang gagah perkasa!" Seru Raden Suncoko membakar semangat, "Darah yang sama mengalir juga dalam urat nadi kita. Kita tidak menghendaki terjadinya pertumpahan darah, tapi saat ini kita tidak dalam keadaan damai! Harta kita telah dirampas dengan sewenang-wenang oleh para bajingan terkutuk!"

Kemarahan keluarga besar itu pun menggelegak. Mereka semakin percaya diri melihat Laskar Cabak berada bersama mereka.

"Kalau kita tidak selesaikan soal ini sekarang juga," Raden Suncoko melanjutkan, "Kehormatan leluhur kita akan ternoda. Kita tak akan pernah bisa menegakkan kepala dan menjadi bahan tertawaan orang! Hari ini juga kita akan siap berkorban nyawa demi menegakan kebenaran!"

Wajah Ki Genuk Gluduk tampak riang melihat anak cucu Raden Sutowo menemukan kembali jati diri mereka. "Dari alam kuburnya, almarhum sahabatku Raden Sutowo, akan bangga melihat kalian semua! Kalian memang anak-anak pemenang, bukan pecundang!"

Setelah menunggu hingga menjelang sore, dan tidak ada satupun pihak Intijiwo yang menemui mereka, maka pengusiran paksa benar-benar akan dilakukan. Mereka semua bergerak serentak mengikuti Raden Suncoko. Gerimis yang turun tidak sedikit pun menyurutkan semangat. Dengan gagah berani, bersenjatakan pedang, golok dan tombak, mereka beriring-iring menuju Pendopo Emas.

Ki Genuk Gluduk yang berjuluk Pendekar Cabak dan sekitar tiga puluh orang anak buahnya yang disebut Laskar Cabak berjalan di barisan belakang.

Cabak adalah nama burung nocturnal pemakan serangga. Burung yang dinilai aneh sebab bentuk kakinya yang begitu pendek. Keanehan yang lain adalah kicauannya menyerupai orang meratap atau mengeluh yang menusuk. "Cwiip" yang dikicaukan secara teratur saat terbang pada saat petang dan dini hari.

Bulu burung memiliki bagian yang tersusun saling mengunci, seperti genting atap rumah. Itu membuat burung menjadi aerodinamis sekaligus tahan air. Mereka juga punya tiga kelopak mata. Salah satu kelopak mata ini adalah selaput bening yang melindungi mata saat hujan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline