Lihat ke Halaman Asli

Ikrar Sang Pendekar (102): Pusaka Pring Kuning

Diperbarui: 2 November 2024   06:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Tri Handoyo

Oleh: Tri Handoyo

Kebo Klebat mencintai ayahnya, Ki Kebo Dedet. Akan tetapi, lelaki yang sangat dikaguminya itu pergi ketika ia masih terlalu kecil. Klebat tak pernah mengerti mengapa ayahnya meninggalkannya, dan apapun alasannya soal itu tidak akan banyak berarti. Kubangan masa kelam yang kerap menenggelamkan gairah hidupnya, dan hanya kerinduan untuk mencari tahu ayahnya itulah yang membuat ia punya alasan untuk bertahan melanjutkan pengembaraan di muka bumi.

Saat dulu masih kecil, Ki Kebo Dedet pernah mengajaknya jalan-jalan ke dalam hutan belantara yang jauh dari rumah. Di tempat itu, supaya tidak ada orang yang melihat, mata lelaki yang mendapat julukan Pendekar Kalong Wesi itu berkaca-kaca. Klebat tak pernah melupakan adegan itu, setiap detailnya akan tetap abadi dalam benaknya.

"Nak, apa kamu melihat istana di depan kita?"

"Iya, aku lihat!" jawab bocah kecil itu dengan perasaan was-was, "Istana apa itu, ayah. Besar tapi sangat sepi! Gak ada orang sama sekali!"

"Istana itu memang kosong. Masuklah ke sana dan carilah sepotong bambu pusaka yang diletakan di singgasana! Ambillah dan bawa keluar!" ujar Ki Kalong Wesi sambil memeluknya erat-erat.

"Kenapa bukan Ayah sendiri yang mengambilnya?"

"Karena tidak semua orang bisa melihat istana itu. Ayah tidak bisa melihat. Kamu yang bisa melihatnya, Nak! Jadi hanya kamu yang bisa mengambil pusaka itu!"

"Untuk apa diambil?"

"Pusaka itu sudah tersimpan selama ratusan tahun di sana, dan siapa yang bisa memilikinya, dia bakal jadi pendekar besar!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline