Lihat ke Halaman Asli

Ikrar Sang Pendekar (89): Melanggar Ikrar

Diperbarui: 16 Oktober 2024   13:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Tri Handoyo

Oleh: Tri Handoyo

Mengagumkan sekali gerakan Mahesa. Tubuhnya tak pernah terbabat oleh delapan golok. Seperti sebuah bayang-bayang saja, atau lebih tepat seperti angin, selalu berhasil menyelinap di antara kilatan senjata sambil mengirim serangan balasan yang cukup melumpuhkan.

Pemuda itu dengan cepat menggeser kaki dan tangannya menangkis sebuah golok yang menyambar lewat di pinggir wajahnya. "Awas, golokmu beradu!" Ia berseru di antara dua bacokan golok, dan tangkisan di belakang telapak tangan si penyerang itu menyimpang dan membentur golok temannya sendiri.

Sementara itu, diam-diam Lastri terkejut menyadari bahwa empat orang pengeroyoknya itu tidak berniat serius untuk melukainya. Tampaknya mereka hanya berusaha menundukannya dan mencegahnya agar tidak membantu Mahesa.

Para penyerang itu adalah orang-orang suruhan Ki Demang. Berita Mahesa membawa kabur Lastri benar-benar membuat Padepokan Macan Abang merasa dipermalukan. Begitu juga dengan Padepokan Benteng Nusa, tindakan kedua muridnya itu telah dianggap mencoreng muka mereka.

Begitu keluar dari penginapan, sepasang kekasih itu terpergok oleh para pemburu yang langsung mengepungnya. Kelompok pemburu yang terdiri dari dua belas orang itu jelas murid-murid Macan Abang.

Sudah hampir tiga hari, beberapa kelompok disebar untuk memburu Mahesa yang dituduh membawa lari calon istri orang. Masing-masing kelompok terdiri dari sepuluh hingga dua puluh orang. Hadiah besar menanti bagi yang berhasil membawa kepala Mahesa dan memulangkan Lastri ke calon suaminya. Ki Kalong Wesi dan Si Iblis Betina pun tidak mau ketinggaan untuk terlibat dalam pengejaran itu.

Mahesa memukul roboh seorang pengeroyok dan berhasil merebut golok. Ia langsung menyerang dengan lebih ganas, dilakukan demikian cepat sehingga para pengeroyok sampai silau matanya memandang sinar berkelebatan. Apa lagi jika mengetahui bahwa golok itu sama sekali tidak meninggalkan noda darah ketika berhasil melukai korbannya, menunjukan betapa kecepatan gerakan ilmu silat yang luar biasa.

Teriakannya mengiringi sabetan golok yang menerjang kuat dan memaksa para pengeroyok yang tinggal enam orang itu terdesak mundur. Gerakan Mahesa selain gesit dan ringan, juga sulit diikuti. Sinar goloknya bergulung-gulung melindungi seluruh tubuhnya sehingga andai kata dihujani anak panah, tidak akan ada satu pun panah yang baka menyentuh tubuhnya. Ia tengah menggunakan jurus Ilmu Pedang Akhirat yang baru diajarkan seperempat oleh Guru Lintang. Ilmu pedang yang belum ada bandingnya di kolong langit ini.

Harus diakui bahwa para pengeroyok itu merasa seakan-akan sedang menghadapi benteng besi yang amat kokoh dan dari benteng itu bertubi-tubi datang serangan balasan yang sangat berbahaya. Mahesa, bagaikan singa yang murka, sama sekali tidak memberi kesempatan kepada lawan-awannya. Ia memaksa mereka untuk terus-menerus bertahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline