Lihat ke Halaman Asli

Ikrar Sang Pendekar (87): Belajar Beradab

Diperbarui: 13 Oktober 2024   06:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Tri Handoyo

Oleh: Tri Handoyo

"Aksi balasan Laskar Rimba kembali memakan korban," kata Ki Demang menahan murka. Ia baru saja menerima kabar bahwa Kedua Pendekar Jeliteng ditemukan tergeletak tak bernyawa di pinggiran hutan dekat pesanggrahan.

"Kita jadi semakin yakin," sahut Si Iblis Betina, "Mereka benar-benar menyatakan perang, dengan menebarkan kematian dan membuat teror di tengah masyarakat!"

"Dan tidak mungkin sisa-sisa Laskar Rimba mampu melakukan serangkaian pembantaian!" imbuh Ki Demang, "Pasti mereka dapat bantuan dari padepokan-padepokan kubu mereka!"

Di pelosok-pelosok desa terpencil, petugas-petugas penarik pajak yang dilakukan oleh murid-murid Padepokan Macan Abang, mulai sering mendapat serangan. Kelompok penyerang tidak dikenal itu sebetulnya ada yang dilakukan oleh Mahesa dan Lastri, tapi tidak jarang pula merupakan inisiatif dari warga desa sendiri.

Ki Demang meyakini segala kekacauan di wilayah kekuasaannya belakangan ini dilakukan oleh gerombolan Laskar Rimba, sebaliknya pendukung Laskar Rimba mengatakan bahwa semua masalah sebetulnya bersumber dari pihak Ki Demang. Di tengah serunya perdebatan siapa yang menjadi sumber masalah, Ki Demang mulai melakukan pengejaran kepada anggota Laskar Rimba bagaikan kesetanan. Tidak sedikit orang yang ditangkap dan dihukum di tempat lantaran dituduh anggota Laskar Rimba.

Cak Japa dulu pernah bersahabat dengan Ki Demang, sahabat lama dari masa lalu. Persahabatan mereka timbul tenggelam dalam beragam jenis kepentingan sosial. Namun, karena perbedaan wilayah kegiatan, juga perbedaan tajam dalam prinsip dan pandangan politik, mereka tidak selalu berada di satu titik-temu. Sampai akhirnya malah bertolak belakang di saat Kubu Ki Demang berpihak kepada Daha di bawah Dyah Ranawijaya, sementara Cak Japa berada di kubu berpihak kepada Majapahit, dan kini berpihak kepada Demak.

Perbedaan itu belum membuat mereka sampai bentrok, namun saling menjauh dan tidak lagi berkomunikasi. Malam itu, mereka berdua sengaja mengadakan pertemuan untuk membicarakan persoalan kekacauan yang belakangan terjadi di tengah masyarakat.

Tokoh-tokoh penting dari kedua kubu diundang untuk pembicaraan lebih detail dalam mencari solusi, demi terciptanya ketentraman bersama.

Pendekar Cebol jelas keberatan jika harus berdamai dengan Laskar Rimba. "Ah, Laskar Rimba itu julukan yang terlalu muluk untuk maling kecil seperti mereka. Barangkali ada anggotanya yang hadir di sini, kalian itu memiliki kemampuan apa sampai berani bermusuhan dengan Macan Abang? Bercerminlah terlebih dahulu, apakah maling kelas teri macam kalian ini cukup patut untuk menantang Macan Abang?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline