Lihat ke Halaman Asli

Ikrar Sang Pendekar (74): Dermaga Cinta

Diperbarui: 25 September 2024   06:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Tri Handoyo

Oleh: Tri Handoyo

Tidak berselang lama kemudian, dari tempat persembunyian, Arum dan Lintang mendengar suara roda dokar yang berjalan santai, tapi kemudian disusul oleh suara derap kaki kuda yang sepertinya dipacu dengan cepat.

"Berhenti!" teriak Ki Sabrang. Ia disertai anak buahnya langsung mengurung dokar. "Jangan coba-coba melawan dan jangan banyak cakap! Serahkan uangmu, atau terpaksa harus kami cabut nyawamu!"

Tidak terdengar ada percakapan, tapi yang terdengar adalah suara orang berkelahi. Arum dan Lintang segera mendekati lokasi perkelahian dan mengintip dari atas sebuah pohon.

Lelaki tua bernama Tanca itu ternyata memiliki ilmu silat yang cukup tinggi. Gerakannya luar biasa cepat, lebih cepat dari pada sambaran senjata yang bergantian mengancam. Sampai lenyap bayangannya dikejar sinar enam golok.

Serangan Ki Sabrang dan teman-temannya pun berlangsung sengit dan gesit, lalu terdengar suara keras, golok Ki Sabrang terlempar dan menancap di paha seorang anak buahnya, sedangkan tubuh Ki Sabrang terjengkang ke belakang. Mukanya pucat sebab dia telah menderita luka pada kepalanya oleh tendangan lawan yang hebat itu. Empat orang yang mengurung, masing-masing dihadiahi tendangan dan pukulan tangan kosong yang membuat mereka terpelanting dengan menderita tulang retak atau patah.

Ki Sabrang dengan marah kembali bangkit, mencabut golok yang menancap di paha anak buahnya dan menyerang sekuat tenaga. Ki Tanca menangkis dengan kaki kiri dan disusul kaki kanan mengirim tendangan. Saking kagetnya, Ki Sabrang kurang cepat mengelak sehingga tendangan Ki Tanca yang keras bertenaga kuda itu mengenai pundak sampai sambungan tulang bahunya terlepas. Ki Sabrang tersungkur dan berteiak kesakitan.

Arum kemudian keluar dari persembunyian dan diikuti Lintang, berdiri menghadapi Ki Tanca. Mereka ingin bertanya mengenai maksud orang tua itu mencari Lintang.

'Hm.., rupanya mereka ini komplotan perampok!' batin Ki Tanca setelah mengetahui kedua orang muda yang tadi dilihatnya di warung kini ikut mengeroyok. Ki Tanca bukan sejenis orang yang suka banyak bicara, langsung menyerang dengan pukulan maut.

Arum menangkis pukulan itu sekaligus mengirim pukulan balasan. Ki Tanca cepat menangkis, tapi kuda-kudanya tergeser mudur dua jengkal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline