Lihat ke Halaman Asli

Ikrar sang Pendekar (50), Tamasya Sejarah

Diperbarui: 21 Agustus 2024   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Tri Handoyo

Oleh: Tri Handoyo

Malam itu mereka menginap di area pertirtaan. Arum tampak sangat menikmati bermalam di alam bebas, tidur di dalam dokar, karena itu mengingatkannya saat perjalanan mencari Gua Sigolo-golo. Arum mulai banyak bercerita kepada suaminya. Ia bercerita dengan mata berbinar penuh kebahagiaan, tentang masa kecilnya ketika pergi ke pusat pemerintahan di Trowulan, tentang bangunan-bangunan rumah yang indah dan juga tentang istana yang baru pertama kali dilihat sepanjang hidupnya, yang tidak akan pernah ia lupakan untuk selama-lamanya. Itulah kenangan perjalanannya yang terakhir bersama kedua orang tuanya.

"Oh ya, aku lupa, Dinda!" Tulus bangkit, lalu meraih tas, dan tangannya meraba-raba isinya. Ia mengeluarkan sebuah wadah kecil mirip botol terbuat dari emas, dan memberikannya kepada sang istri sambil berkata, "Ini minyak wangi, hadiah dariku untuk orang yang paling kucintai di dunia ini!"

Minyak wangi atau parfum berasal dari sebuah frasa dalam bahasa Latin, yang berarti 'Menembus Asap'. Sekitar 4000 tahun silam, bangsa Mesopotamia menemukan wewangian, yang saat itu berupa dupa, yang digunakan sebagai benda ritual keagamaan. Hanya para rahib dan pendeta serta segelintir keluarga raja yang boleh menggunakannya. Hal ini berlangsung lama hingga jauh melewati jaman keemasan Mesir Kuno.

Mereka meyakini bau harum bisa menarik hati para dewa, mengantar roh menuju nirwana, dan juga bisa untuk mengusir setan jahat yang menghinggapi orang sakit. Oleh karena itu mereka menaruh banyak parfum di makam-makam firaun. Yang paling populer adalah makam Raja Tutankhamen, di mana wadah-wadah parfum mengelilinginya. Setelah berabad-abad berlalu, ketika tempat itu dibuka aroma wangi parfum itu masih bisa tercium.

Cleopatra sebagai ikon kecantikan Mesir melanjutkan tradisi penggunaan parfum. Dia selalu membawa beragam parfum, wadah-wadah dupa, flacons berisi minyak kayu manis, dan kemenyan dalam botol-botol yang indah. Parfumnya luar biasa mewah dan aromanya memancar kuat. Sebelum kakinya menginjak di Mesir, orang-orang lebih dulu mencium wangi parfumnya yang diterbangkan angin, ketimbang melihat kapal yang membawanya dari Roma.

Pembuatan parfum berkembang pesat di Mesir, dengan beragam wadah indah untuk tempat parfum. Umumnya wadah itu terbuat dari pualam, porselen, emas, atau logam lainnya. Ketika kaca mulai dikenal sekitar 1558 SM, orang kemudian menggunakannya untuk botol parfum.

Orang-orang Yunani dan Romawi mendapatkan parfum Mesir melalui perdagangan antara Pulau Kreta dan Mesir. Setelah penyerbuan Alexander Agung ke Mesir pada abad ke 3 SM, penggunaan parfum melonjak drastis. Meski butuh waktu lama, Yunani kemudian bisa memproduksi parfum sendiri. Bangsa inilah yang diyakini sebagai pembuat parfum cair pertama.

Parfum kemudian mengalami kemajuan pada masa kejayaan Islam. Yang paling spektakuler adalah penemuan parfum ekstraksi oleh ahli kimia Ibnu Sina. Bila sebelumnya parfum cair adalah campuran minyak dengan bubuk tetumbuhan, cendikiawan muslim tersebut membuatnya dengan teknik menyuling minyak dan sari langsung dari bunganya. Percobaan pertama kalinya ia praktekan pada bunga mawar.

Parfum sebagai penggerak alam semesta, membantu orang ketika berdoa, mengobati, berperang, bercinta, berkarya, dan mempersiapkan kematian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline