Lihat ke Halaman Asli

Ikrar Sang Pendekar (41): Tiga Poros Kekuatan

Diperbarui: 7 Agustus 2024   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Tri Handoyo

Oleh: Tri Handoyo

Nini Nawangsari adalah salah seorang dayang-dayang istana. Karena kecantikannya, ia kemudian diambil selir oleh seorang pangeran. Ketika suatu hari terjadi perebutan singgasana dan sang pangeran terbunuh, maka Nawangsari yang saat itu dalam keadaan hamil muda terpaksa pulang ke kampung halamannya di Jombang.

Di sebuah kampung yang jauh dari keramaian, seiring berjalannya waktu perut Nawangsari semakin membesar. Tentu saja ini merupakan aib bagi seorang perempuan yang hamil tanpa suami. Aib ini tidak mungkin lagi bisa disembunyikan. Gadis itu mengaku bahwa lelaki yang menghamilinya adalah seorang pangeran, tapi ia bersikukuh merahasiakan namanya.

Di kemudian hari Nawangsari dinikahi oleh seorang tuan tanah di kampungnya. Akhirnya ia melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat, seorang bayi keturunan darah biru yang kemudian diberi nama Tulus Pangestu. Ketika Tulus baru akan menginjak umur dua tahun, Nawangsari kembali melahirkan seorang anak laki-laki.

Sejak kelahiran sang adik tiri, Tulus merasa bahwa perhatian orang tuannya hanya tercurahkan kepada adiknya. Di usia yang masih butuh banyak kasih sayang dan perhatian, ia dipaksa harus memahami keadaan bahwa ia bukanlah sesuatu yang berharga lagi di rumah. Dua tahun kemudian lahirlah adik tirinya yang kedua. Maka lengkaplah sudah kekalahannya untuk bisa bersaing memperoleh kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Anak kecil itu kemudian belajar untuk menerima kenyataan hidup dengan tabah. Ia tidak pernah rewel dan tidak banyak menuntut. Tidak salah jika ia memiliki nama Tulus.

Rumah ayah tirinya yang besar berada di tengah-tengah hamparan sawah yang luas. Rumah-rumah warga masih jarang di daerah itu, dan kalau pun ada, jaraknya saling berjauhan. Kondisi itu membuat Tulus sering bermain hingga jauh dari rumah. Kadang ia sampai lupa makan dan lupa waktu.

Suatu hari ketika pulang dari bermain, Tulus mendengar suara ribut dari halaman rumah. Sunyoto, ayah tirinya, ternyata sedang melatih silat adik-adiknya.

"Ayo maju, tunjukkan pukulanmu?" perintah Sunyoto.

Tulus hanya diam meperhatikan saudara-saudaranya yang sedang berlatih silat. Keinginannya untuk belajar bela diri pun timbul, tapi ia tidak ingin belajar dari ayah tirinya. Maka suatu hari ia meminta izin kepada ibunya.

"Bu, saya minta izin untuk belajar silat!" kata Tulus.  Ia mendengar di daerah kota terdapat seseorang yang terkenal sakti mandraguna, namanya Mpu Naga Neraka. Ia ingin menimba ilmu darinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline