Oleh: Tri Handoyo
Guk Tanjung Bendol dan Guk Parto Gempil sedang membual di pos ronda, di depan enam orang penjaga. Mereka berbincang-bincang sambil menikmati minuman arak dari hasil fermentasi ketan hitam. Minuman beralkohol yang merupakan residu dari proses pembuatan tape ketan hitam itu rasanya manis dan cukup membantu menghangatkan badan.
Saat itu Guk Parto membicarakan Ki Blandotan Kobra yang bangkit dari kubur. "Aku memang termasuk orang yang ikut mengepungnya saat ia di dalam langgar! Mungkin gara-gara itu ia menghantui aku! Mungkin lho..! Sewaktu aku mencabut golok dan mau membabat lehernya, hantu itu menghilang! Sekalipun raja setan, jangan dipikir Parto Gempil akan takut!" sumbarnya dengan nada bangga, "Awas kalau dia berani muncul lagi!"
Mendengar antusiasme Guk Parto, orang-orang hanya menggelengkan kepala kagum. Seseorang mengisi cangkir terbuat dari batok kelapa dan menyodorkan kepada jagoan kampung itu. "Giliran mu, Guk!"
Guk Parto meraih cangkir sambil mencabut rokok klobot dari mulutnya. Ketika hendak menenggak minuman itu, tiba-tiba ada hempasan angin yang sangat cepat dan kuat menampar sampai cangkir itu pecah di mulutnya. Belum hilang rasa kagetnya, tahu-tahu ada sosok yang menebarkan bau bangkai berdiri di depan pos ronda. Ki Blandotan yang matanya melotot dan mulutnya ternganga, terbatuk-batuk dan memuntahkan belatung bercampur gumpalan darah di atas tikar.
"Setaaan...!" Secara reflek orang-orang panik itu berhamburan ke segala penjuru arah. Lari tunggang langgang sampai terjatuh-jatuh. "Tolooong..! Ada setaaan...!" Suara teriakan itu memecah keheningan malam dan membuat beberapa warga berhamburan keluar rumah.
Orang-orang yang lari ketakutan itu kemudian berpapasan dengan warga. Setelah terkumpul cukup banyak, mereka pun memberanikan diri untuk mendatangi pos ronda. Setibanya di sana, mereka melihat Guk Parto dan Guk Tanjung tergeletak tak bernyawa. Berita hantu Ki Blandotan yang menghabisi nyawa dua orang warga itu segera membuat geger masyarakat.
***
"Kaget yang sangat kuat dapat menghambat peredaran darah dan menyebabkan pasokan oksigen berkurang pada organ-organ vital!" urai Ki Dewo tabib kademangan kepada masyarakat, "Apalagi mereka berdua habis menenggak banyak minuman beralkohol!"
"Tapi kenapa yang lain tidak, Ki? Kami juga sama-sama minum!" sanggah seorang warga, "Saya benar-benar menyaksikan hantu Ki Blandotan dengan mata kepala saya sendiri! Saya berani bersumpah, mereka berdua dibunuh oleh hantu!"