Lihat ke Halaman Asli

Ikrar sang Pendekar (29): Kekuatan Menggetarkan

Diperbarui: 20 Juli 2024   06:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Tri Handoyo

Oleh: Tri Handoyo

Wilayah itu dinamakan Candimulyo, yang memiliki arti tempat sebuah candi yang mulia. Tapi juga bisa berarti ada sebuah candi yang terletak di suatu daerah yang 'Gemah ripah loh jinawi', sangat subur, makmur, dan murah sandang pangan.

Woto adalah seorang pemuda sebatang kara yang tinggal tidak jauh dari candi. Ia pemuda yang pincang dan sering sakit-sakitan. Sehari-hari ia bekerja mencari rumput untuk kemudian dijual kepada para pemilik ternak. Hari itu ia sedang sakit, tapi ia memaksakan diri untuk hadir dalam acara 'Sedekah Bumi' di area candi. Sayangnya ia tiba di lokasi ketika acara sudah usai.

Ia kemudian mendekati Ki Binto, pemimpin doa 'Sedekah Desa', dan berkata dengan wajah memelas, "Eyang Ndoro Sepuh, bolehkah saya minta pembagian makanan. Saya belum makan sejak kemarin?"

Ki Binto yang dipanggil Eyang Ndoro Sepuh, yang saat itu bersanding dengan salah seorang pejabat, balik bertanya, "Apa yang kau bilang itu benar? Kau belum makan sejak kemarin?" Desa itu terkenal makmur, bagaimana mungkin ada warganya yang kelaparan.

"Betul, Ndoro!"

"Mana buktinya?" 'Desa ini terkenal makmur, bagaimana mungkin ada warga yang kelaparan,' batin Ki Binto kesal.

Woto diam terpaku. Perutnya mengeluarkan bunyi yang manandakan tuntutan untuk segera diisi.

"Makanan sudah habis, tidak ada lagi! Makanya jadi orang jangan malas!" sambung Ki Binto.

Pemuda itu terperangah. Sama sekali tidak menduga akan mendapat jawaban seperti itu. Sambil menyeret sebelah kakinya yang pincang, ia pun beranjak pergi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline