Lihat ke Halaman Asli

Ikrar Sang Pendekar (21): Yang Tak Tergantikan

Diperbarui: 3 Juli 2024   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Tri Handoyo

Oleh: Tri Handoyo

Lapangan Bubat telah sepi. Beberapa nama tempat pun diganti. Namun masih tinggalkan kenangan luka menganga yang tak terperi. Di sisi lain, itu merupakan peluang bagus para jiwa Sengkuni yang penuh kedengkian untuk menghabisi karir Gajah Mada. Mereka sengaja memperuncing dan menyebarluaskan stigma bahwa Gajah Mada telah 'mbalelo', telah mengkhianati raja. Para politisi jahat itu mati-matian membangun narasi untuk meyakinkan publik bahwa sosok mahapatih besar itu tidak lebih dari hanya seorang pengkhianat.

Cap sebagai pengkhianat terhadap negeri sendiri adalah duka nestapa tak terperi. Ketersiksaan hebat yang harus diterimanya itu membuatnya memilih menghilang.

Kedigdayaan yang selama ini telah ikut membesarkan Majapahit berakhir tragis, terkoyak-koyak oleh hasutan para Sengkuni licik. Satu kesalahan fatal. Ikrar besarnya untuk menyatukan Nusantara itu telah berubah menjadi bumerang.

Sebuah langkah pengunduran diri merupakan wujud permintaan maaf yang tulus, dan itu hanya mampu dilakukan oleh pendekar sejati. Air mata yang ia sembunyikan dengan rapi itu tetap merembes ke lubuk hati masyarakat luas. Rakyat berduka. Kini hanya doa suci yang berkumandang dari seluruh pelosok negeri, beri dukungan penuh cinta.

***

Lantaran sangat kesulitan untuk mendapatkan pengganti Gajah Mada, Raja Hayam Wuruk akhirnya mengadakan sidang khusus Dewan Saptaprabu. Namun rupanya tidak ada satu pun yang layak dan sanggup menggantikan posisi tersebut.

Sang Prabu kemudian menunjuk sekurang-kurangnya empat Mahamantri Agung dibawah pimpinan Punala Tanding untuk selanjutnya membantunya dalam menyelenggarakan segala urusan negara. 

Namun hal itu tidak berlangsung lama. Mereka kemudian digantikan oleh dua orang menteri yaitu Gajah Enggon dan Gajah Manguri. Setelah berjalan beberapa bulan, pada tahun 1367 Hayam Wuruk memutuskan untuk mengangkat Gajah Enggon sebagai Patih Mangkubumi.

Setelah Gajah Mada tiada, beberapa kerajaan di bawah Majapahit memerdekakan diri, antara lain Palembang, Dharmaraya dan Pagarruyung (Minangkabau). Kerajaan Tanjung Pura di Borneo mengadakan hubungan luar negeri secara bebas tanpa melalui Majapahit lagi. Satu per satu kerajaan-kerajaan lain pun memisahkan diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline