Lihat ke Halaman Asli

Ikrar Sang Pendekar (12): Tragedi Keluarga Istana

Diperbarui: 19 Juni 2024   20:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Tri Handoyo

Oleh: Tri Handoo

Sorot cahaya bulan membayang dari kolam ikan. Di samping kolam, Ibu Suri Gayatri sedang duduk santai di teras puri, ditemani dua orang dayang-dayang.

Nama lengkap ibu suri adalah Dyah Dewi Gayatri Kumara Rajassa, putri raja Singhasari Prabu Kertanegara. Gayatri merupakan istri mendiang Wijaya, pendiri Majapahit. Itulah kenapa dia diberi gelar Rajapatni, yang berarti pendamping raja.

Tatkala peristiwa istana Singasari dulu diserang oleh pasukan Jayakatwang, sehingga menewaskan kedua orang tuanya dan banyak kerabat istana, Gayatri sedang asik belajar di kamar belakang. Ia luput dari pembantaian karena dengan cepat menyamar sebagai dayang-dayang para putri raja.

Bersama pengasuh setianya, Sodrakara, ia ikut dijadikan tawanan, dan ditempatkan di bangsal perempuan Keraton Daha, Kediri. Gayatri mengganti namanya menjadi Ratna Sutawati.

"Ratna, tabahkanlah hatimu!" bisik Sodrakara tepat di dekat telinga Gayatri, "Maaf, mulai detik ini saya harus memperlakukanmu seperti layaknya sesama dayang-dayang!"

"Baik Mbakyu Kara!" jawab Gayatri lirih. Ia menahan isak tangis saat digiring untuk dibawa ke Daha sebagai tawanan.

Semangatnya kembali timbul saat bertemu dengan suaminya, Raden Wijaya, yang ternyata juga masih selamat dari serangan pasukan musuh. Saat itu Wijaya diantar Aria Wiraraja menghadap Jayakatwang, hendak minta pengampunan.

Setelah pertemuan itu, mereka kemudian menjalin komunikasi melalui surat yang diselundupkan secara rahasia. Gayatri membocorkan semua kondisi dalam istana Jayakatwang. Sampai akhirnya, melalui tangan bala tantara Mongol, Daha berhasil dihancurkan, dan Gayatri terbebaskan.

Gayatri adalah perempuan yang cerdas dan cermat dalam menilai karakter seseorang. Ia sangat mamahami bahwa kemampuan intelektual seseorang tidak bisa hanya ditentukan dari asal-usul kelas sosialnya saja, melainkan juga dari bakatnya pula. Dalam ketajaman pandangan matanya, Gajah Mada yang cerdas dan menaruh minat besar pada seni pemerintahan, membuatnya begitu terkesan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline