Lihat ke Halaman Asli

Ikrar sang Pendekar (10): Sang Penghasut Ulung

Diperbarui: 17 Juni 2024   08:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Tri Handoyo

Oleh: Tri Handoyo

Saat itu, Halayudha, dengan liciknya selalu menciptakan ketegangan di antara Prabu Jayanagara dan Patih Nambi. Sosok reinkarnasi Sengkuni itu memanfaatkan kedekatannya dengan mereka berdua untuk berusaha menyusupkan racun-racun 'adu domba'.

Suatu hari terdengar berita bahwa ayah Nambi, Aria Wiraraja, sedang sakit keras. Nambi pun memohon ijin kepada raja hendak mengambil cuti beberapa pekan, untuk pulang ke Lamajang.

Semenjak kematian Ranggalawe, hubungan Nambi dengan Aria Wiraraja memang sempat memburuk. Saat itulah kesempatan baik bagi Nambi untuk meminta maaf kepada ayahnya. Malangnya, sesampai di sana sang ayah telah meninggal dunia.

Atas perintah raja, Halayudha yang menjabat sebagai Rakyan Patih, datang melayat mewakili dan menyampaikan ucapan duka cita dari kerajaan.

"Saya menyayangkan kenapa baginda raja sepertinya tidak sudi menyempatkan waktu untuk mengucapkan belasungkawa secara langsung kepada anda!" ujar Halayudha dengan menampilkan wajah prihatin, "Bukankah Kanjeng Aria Wiraraja telah banyak berjasa kepada Majapahit!"

Mpu Nambi hanya menanggapi dengan helaan nafas panjang.

"Saya juga tidak mengerti, mengapa Baginda Raja nampaknya lebih senang apabila Tuan patih tinggal lebih lama di sini!" imbuh Halayudha.

"Tidak masalah, Kanda Yudha," balas Nambi lirih.

"Anda memang orang yang baik. Yang membuat saya pribadi sangat prihatin, raja rupanya bukan orang yang mengerti bagaimana cara membalas budi! Dasar anak selir!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline