Lihat ke Halaman Asli

Menebar 'Gemati' pada Puncak Peringatan Hari TBC Sedunia

Diperbarui: 9 Juni 2024   16:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Tri Handoyo


Oleh: Tri Handoyo

Dalam rangkaian puncak peringatan hari TBC sedunia, yang diadakan di Aula Masjid KH Sudja RS PKU Muhammadiyah Sleman, mengambil tema yang menarik, yakni 'Gemati'.

Gemati, singkatan dari Gerakan Muhammadiyah Akhiri Tuberkulosis di Indonesia, merupakan kata dalam bahasa Jawa yang biasa digunakan untuk meggambarkan seseorang yang mempunyai sifat penuh welas asih, peduli, dan mau memelihara serta mengayomi.

Ini tentu saja berkaitan erat dengan misi Islam sebagai rahmatan lil'alamin, yang berarti bahwa Islam hadir di tengah kehidupan umat manusia harus mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi sesama dan seluruh alam semesta.

Dengan demikian, 'Gemati' yang menjadi tema penting dalam gerakan eliminasi Tuberkulosis (TBC), melalui program USAID Mentari TB, memanfaatkan acara yang diadakan pada 5 Juni 2024 tersebut dengan melibatkan 13 Rumah Sakit dari 5 Organisasi Keagamaan.

Dokumen Tri Handoyo 


Lima organisasi keagamaan tersebut adalah Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU), Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia (Pelkesi), Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (Perdhaki), dan Yayasan Dompet Dhuafa.


Dalam peringatan kali ini dijadikan momentum untuk mengajak semua pihak agar berkenan terlibat aktif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya TBC, untuk kemudian melakukan pencegahan dan pengendaliannya, melaui berbagai kampanye dengan penyebarluasan informasi terkait penyakit mematikan tersebut.

Acara ini dihadiri oleh beberapa tokoh penting, antara lain Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof KH Haedar Nashir, Direktur USAID Indonesia Jeff Cohen, Ketua Tim Kerja TBC Kementerian Kesehatan RI Tiffany Tiara Pakasi, MA, Ketua Umum Pelkesi, Ketua Badan Pengurus Perdhaki, Ketua LKNU, Ketua Yayasan RST Dompet Dhuafa, para direktur rumah sakit dari ormas keagamaan, sejumlah pejabat daerah di DIY, serta beberapa tamu undangan.

Dalam sebuah sambutan salah seorang tokoh menyampaikan bahwa pahlawan itu tidak harus memiliki kekuatan luar biasa atau harus bersayap, melainkan cukup dengan sekadar mengulurkan tangan. Uluran tangan sekecil apa pun akan sangat berarti bagi mereka yang membutuhkannya. Sebab masih banyak orang yang belum mendapat pertolongan, yang harus menghadapi penderitaan digerogoti TBC seorang diri hingga maut menjemput.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline