Lihat ke Halaman Asli

Ikrar Sang Pendekar (4): Jiwa Pantang Menyerah

Diperbarui: 15 Agustus 2024   20:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Tri

Oleh: Tri Handoyo

Oleh: Tri Handoyo

Banyak hujatan yang ditujukan kepada Jayakatwang, karena dia dipandang sebagai orang yang bertanggung-jawab atas binasanya semua anak keturunan Rajasa (Ken Arok), Raja Singhasari I.

Pada dasarnya, kira-kira tiga perempat abad lebih yang lalu, kakek buyut Jayakatwang, seorang raja Kadiri dibunuh dan singgasananya direbut paksa oleh Ken Arok, bupati Tumapel. Sehingga sejak itu Kadiri menjadi bawahan Tumapel, yang kemudian lebih dikenal dengan kerajaan Singhasari.

Jayakatwang menyimpan dendam. Ia merasa dia adalah pewaris mahkota yang sah, yang sepatutnya bersemayam di singgasana istana. Di samping itu ia juga merasa sebagai orang cerdas dan gagah perkasa tiada tandingannya.

Singhasari, nama wilayah yang merupakan ibu kota negara, dan menjadi lokasi istana kerajaan Tumapel didirikan, telah hancur lebur. Setelah sekitar selama 70 tahun berdiri, lalu sirna dari bumi Nusantara. Maka keturunan pertama Raja Rajasa (1222 - 1227) sampai kepada raja terakhir Kertaneggara (1268 - 1292) berakhir untuk selamanya.

Kabar yang beredar cukup gencar itu sampai juga kepada Wijaya. Ia yang masih berada dalam persembunyian, awalnya sempat merasa sangat terpukul. Akan tetapi dia bukan tipe orang yang mudah putus asa. Dengan semangat balas dendam dan pantang menyerah, ia akhirnya mendapat ide untuk meminta perlindungan kepada Aria Wiraraja yang memerintah di Songenep (Sumenep, Madura). Berlayarlah ia menuju ke sana.

Semasa muda, Aria Wiraraja pernah mengabdi pada Nararya, kakek Wijaya. Maka, ia pun dengan tangan terbuka bersedia membantu sang pangeran. Apalagi beberapa kerabat dan salah seorang puteranya, adalah pasukan anak buah Wijaya.

Wijaya membuat perjanjian dengan Aria Wiraraja, bahwa akan membagi Pulau Jawa menjadi dua bagian jika kelak berhasil menggulingkan Jayakatwang. Akhirnya disusunlah sebuah siasat.

Siasat cerdik itu adalah, Wijaya harus datang ke Daha dan menyatakan menyerahkan diri dan bersedia mengabdi kepada Raja Daha Jayakatwang. Atas jaminan dari Aria Wiraraja, semacam suaka politik, Wijaya pun mendapatkan pengampunan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline