Lihat ke Halaman Asli

Nina Bobo

Diperbarui: 20 Juni 2024   20:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Oleh: Tri Handoyo

Tatkala bumi sedang dilanda musim dingin yang hebat, banyak kebudayaan bangsa-bangsa di belahan bumi lain mengalami masa kesunyiaan. Terlelap pulas berabad-abad lamanya.

Saat itu, hanya di Nusantara yang kebudayaannya masih mengalami perkembangan. Karena letak geografisnya yang menguntungkan, yakni di garis katulistiwa.

Ribuan tahun berlalu, manakala terjadi pemanasan global dan secara cepat membuat es mencair, maka air laut menenggelamkan sebagian besar permukaan bumi. Nusantara pun menjelma menjadi wilayah archipelago.

Kawasan Nusantara terdiri dari ribuan pulau yang dikelilingi laut, sehingga butuh sarana untuk berhubungan antara penduduk pulau satu dengan yang lainnya. Kondisi itu melecut terciptanya salah satu budaya besar, yakni teknik membuat perahu.

Seiring berjalannya waktu, teknologi membuat kapal berkembang terus, yang kemudian diikuti dengan munculnya ilmu pelayaran dan berbagai pengetahuan yang menyertainya, seperti ilmu navigasi, ilmu astronomi, ilmu tentang cuaca, dan lain-lain.

Kapal layar terbesar yang dibangun mulai mengarungi luas samudera. Nenek moyang Nusantara berkunjung ke berbagai belahan dunia. Saat kapal besar itu mengunjungi bangsa-bangsa lain, mereka pun dibuat melongo. Hanya mampu berdecak terkagum-kagum.

Tentu tidak mungkin ada hasrat untuk membuat kapal bagi bangsa-bangsa kontinental, yang wilayahnya berbentuk daratan. Apalagi punya motivasi untuk berlayar. Itu hal yang mustahil. Sebelumnya mereka hanya mampu membuat sejenis sampan, berukuran kecil dan berpenumpang sedikit. Semua negara di dunia disinyalir belajar membuat kapal dari bangsa Nusantara.  

Belanda sadar, seandainya bangsa Indonesia mengetahui kehebatan peradaban leluhurnya di masa lampau, sangat dikhawatirkan bangsa ini akan bangkit. Ditakutkan bangsa ini akan berani memberontak dari cengkeraman penjajahan mereka. Itu tidak boleh terjadi, maka bangsa jajahan yang empuk dan lezat ini harus terus dininabobokan.

Salah satu cara untuk meninabobokan adalah dengan penyesatan, pengaburan, bahkan merekayasa dan jika perlu memutarbalikan sejarah. Itu cara yang jauh lebih efektif, lebih mudah dan murah. Tidak perlu perang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline