Lihat ke Halaman Asli

Kampung Kalbu

Diperbarui: 20 Juni 2024   19:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Tri Handoyo

Oleh: Tri Handoyo 

Ustadz Asman adalah tokoh agama yang sangat dihormati. Sejak kecil ia memang dididik di dalam keluarga yang menjunjung tinggi ajaran agama. Pantas jika ia kemudian menjadi seorang mubaligh yang populer dan memiliki banyak penggemar.

Jadwal pengajian yang begitu padat dan selalu dihadiri banyak jamaah membuat ia terbuai puji sanjung. Lambat laun, tanpa disadarinya ia giat berdakwah lantaran kecanduan nikmatnya berada di antara para pengagum, dan tentu saja juga karena bayaran yang lumayan dalam setiap undangan ceramah. Ia mengira bahwa semua itu adalah nikmat yang diperoleh karena telah memperjuangkan agama. Anugerah dari Sang Maha Kuasa.

Ia juga semakin tekun beribadah. Shalat, puasa, baca Al Quran, dan semangatnya tampak jauh meninggalkan ustadz-ustadz lainnya. Ia pergi haji dan umrah berkali-kali. Kekayaan pun bagaikan menghampiri dengan sendirinya. Sepertinya Allah begitu bermurah hati, sampai tak terdapat satupun cela ada pada sosok yang nyaris sempurna itu.

Tidak berhenti di situ, Asman bin Nurrudin juga memiliki nasab yang dianggap mulia yang menjadi kebanggannya. Di tambah penampilan yang memesona, sehingga hampir bisa dipastikan semua wanita berandai-andai bisa menjadi istrinya, tidak peduli meskipun menjadi yang ketiga atau keempat.

Semua kata-kata yang keluar dari mulutnya laksana fatwa, dan itu dijadikan pedoman perilakunya bagi para pemujanya.

Suatu hari Asman bermimpi berada di sebuah tempat terpencil, ada tulisan 'Kampung Kalbu', dan dia dalam kondisi terperosok ke dalam kubang kotoran. Tubuhnya sudah hampir tenggelam sepenuhnya. Namun kemudian ada seorang kakek tua datang memberikan pertolongan. Sebelum berhasil keluar dari kubangan, ia terjaga dari tidur. Keringat membasahi tubuhnya.  Kenyamanannya terusik, dihantui oleh bayang-bayang mimpi yang sangat mengerikan dan menjijikan itu.

Hari itu juga, Asman yang gelisah segera mencari kampung terpencil yang muncul dalam mimpinya. Ia diam-diam pergi. Seorang diri.

Di sebuah padang ilalang yang luas, ia bertemu dengan seorang pencari rumput, dan ia bertanya letak kampung yang sedang dicarinya.

Ketika orang itu berpaling, betapa terkejutnya Asman, karena wajah orang itu adalah wajah kakek tua yang ada dalam mimpinya, wajah yang mengulurkan tangan memberikan pertolongan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline