Yang diam dan terombang-ambing belum tentu aman, lho! Seperti si Physalia physalis ini!
Physalia physalis merupakan hewan unik anggota ordo Sifonofora dari kelas Hidrozoa. Meskipun terlihat seperti 1 hewan utuh, P. physalis merupakan koloni polip uniseksual yang terdiri dari polip jenis pneumatophore untuk bagian mengambang (float), dactylozooids pada tentakel, gastrozooids untuk feeding, dan gonozooids untuk memproduksi gamet saat reproduksi.
Setiap individu bekerja dengan memanfaatkan tekanan hidrostatis dan osmosis dengan bantuan sel sensori yang terletak pada bagian epidermis tentakel dan bagian mulut. Sel sensori tersebut berespon pada suhu dan sentuhan.
Bentuk P. physalis secara umum memiliki simetri radial dan biasanya mengambang secara datar pada permukaan air. Meskipun ordo Sifonofora merupakan ordo yang paling maju di dalam kelas Hidrozoa, bagian medusa dan polip pada P. physalis belum sepenuhnya berdiferensiasi.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan menurut urutan evolusi bahwa P. physalis merupakan bentuk primitif dari ordo Sifonofora. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya kecepatan regenerasi bagian tubuh P. physalis. Selain itu, P. physalis juga bersifat ektotermik dan heterotermik karena suhu tubuhnya bergantung pada lingkungan.
Ketergantungan P. physalis pada lingkungan membuat habitat hewan tersebut cukup spesifik. P. physalis biasa ditemukan pada permukaan lautan yang hangat, yaitu pada daerah tropis atau sub-tropis. Secara geografis, P. physalis ditemukan pada samudra Atlantik, samudra Pasifik, samudra Hindia, kepulauan Karibia, dan laut Sargasso.
Tidak hanya habitat, kebiasaan P. physalis juga berkait dengan ketergantungan hewan tersebut terhadap lingkungan. Lokomotif atau pergerakan hewan tersebut pasif dan bergantung pada angin dan arus air.
Koloni P. physalis tidak dapat berenang, tetapi bergantung pada float untuk mengambang. Float merupakan kantung yang agak panjang, yang berisi udara, dibentuk dari pneumatophore yang bertumbuh membentuk kantung tertutup.