Lihat ke Halaman Asli

Malin Modernisasi

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13792564271344613041

Ayah,, Ibu,, yah, dua kata yang telah terekam indah Tertata rapi di memoriku

Terlintas di kepalaku, Masih teringat jelas, Bahkan sangat jelas Aku yang selalu rewel Yang selalu menyibukkan mereka, Dengan tangisku, Dengan omongan-omongan yang tak berguna, Namun, kenapa mereka selalu mendengarnya? Mendengar dengan ikhlas semua celotehanku, Padahal banyak urusan lebih penting, Bahkan tak jarang aku membuyarkan semuanya.

Dari mulai aku dilahirkan, Dari jam ke jam, Dari bulan ke bulan, Dari tahun ke tahun, Mereka tetap berdiri untukku, Kini usia Ku sudah beranjak dewasa, Semuanya pun silih berganti,

Kini,, Dunia telah berbalik arah, Disaat Ibu bercerita, aku tak merespon Disaat Ayah memberi nasehat, aku tak patuh. Aku telah sibuk, Sibuk dengan dunia Ku Dunia baruku, Fatamorgana dunia, Aku sadar, Hati mereka telah kusakiti Sungguh besar dosaku Ada apa denganku,?? Kenapa Aku tak sanggup seperti mereka, Sanggup mendengar,merespon,dan sabar Tuhan,, Ubahlah sifat dan tingkahku Jangan Engkau jadikan Ku malin Malin modernisasi, #Terinspirasi dari tulisan yang nyangkut di TL saya J Bila kau ingin membahagiakan Ibumu, dengarkan Dia Bila kau ingin membahagiakan Ayahmu, patuhilah Dia” Salam Cinta Ayah-Ibu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline