Lihat ke Halaman Asli

Jarang Diketahui Bisnis Perusahaan Media Penyiaran dari Integrasi Vertikal, Horizontal hingga Politik

Diperbarui: 13 April 2021   15:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sebuah perusahaan media khususnya media swasta baik surat kabar , tv, radio tentu harus memiliki pondasi yang kuat agar bisa berdiri dan bersaing di pasar media yang semakin beragam dalam bersaing untuk bertahan dan juga pengembangan media, selain konten yang menarik (kebutuhan pasar) dan mengikuti perkembangan zaman tentu ada cara lain atau upaya yang dilakukan perusahaan untuk menggandakan finansial perusahaan .

Banyak upaya yang dilakukan dalam perusahaan media dalam marketing selain sposor dan juga iklan, media sendiri bukan mutlak berbicara mengenai sebuah perusahaan yang berdiri sebagai wadah untuk mengumpulkan informasi lalu menyampaikannya kepada khalayak ataupun menjadi ruang entertaimen dan pendidikan saja, beberapa perusahaan media banyak memiliki bisnis yang bercabang di bawahnya atau berintegrasi vertikal, dan uniknya bisnis tersebut berbasis non media atau tidak berkaitan dengan media, sebagai contoh Pt CT Corpora (Choirul Tanjung Corpora) atau sebelumnya bernama Para Group(PT Para Inti Holdiindo) atau dikenal dengan nama CT Corp yang menaungi media penyiaran Trans tv dan Trans 7.

Perusahaan ini bermula dari berdirinya usaha kecil ekspor sepatu anak-anak dan mengakuisisi mega bank atau kini dikenal dengan Bank Mega kemudia melebarkan sayapnya ke kompleks pertokoan bandung Supermall dan mengambil alih bank tugu yang namanya dirubah menjadi bank Mega Syariah yang saat itu menjadi sumber dana terbesar bagi CT Corp. 

Tidak berhenti disana CT Corp kemudian mendirikan media yang dinamakan Trans tv, perusahaan CT Corp juga memiliki unit usaha lain seperti setudio bermain (Trans Studio), hipermarket Transmart Carrefour, hotel, travel, restoran, trans poperty, hingga sekolahan atau yayasan. Selain CT Group lain yang menjadi contoh adalah Salim Group (Indosiar) yang memiliki bisnis non media seperti Indofood, Indomobil, Indocement, Bank Windu Kencana, PT Hanurata dan PT Waringin. Integrasi vertikal menjadi salah satu cara marketing yang saling menguntungkan dalam usaha media ataupun non media dengan demikian usaha non media memiliki trafik akses pemasaran yang mudah melalui media berupa iklan audio visual, dan perusahaan media dapat berkembang dan memperbaiki kulalitas tayangannya dari pendapatan non media sebagai modal sehingga menjadi lebih besar dan kemungkinan dapat meninggikan harga saham perusahaan.

Integrasi horizontal juga menjadi upaya sebuah perusahaan media yang menguntungkan bagi media sebagai contoh pada tahun 2019 PT Trans Corpora bekerja sama dengan SM Entertaimen, perusahaan hiburan asal Korea Selatan, dengan begitu perusahaan memiliki kesempatan dikenal dalam global (mancanegara) melalui kerja sama perusahaan dalam pengelolaan entertaimen. Sebelumny didirikannya Trans Copora sebagai unit usaha PT TC yang menjadi penghubung Trans tv dengan stasiun tv Kompas Gramedia yang diambil alih 55% sahamnya oleh CT Corp dan mengganti namanya yang kini kita kenal sebagai Trans7.

Kepemilikan sebuah media sewasta tentu mendapatkan keuntungan lain selain dari integrasi vertikal dan horizontal dalam situasi sikikal (musiman) pada jelang pemilu media-media tertentu akan menayangkan iklan sebagai promosi salah satu partai politik meskipun dalam undang-undang nomor 32 tahun 2003 tentang penyiaran pasal 36 ayat (4) menyebutkan isi siaran wajib menjaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu namun sudah menjadi hal lumrah bagi masyarakat yang menyaksikan iklan terselubung partai politik di sebuah stasiun tv- setasiun tv dan lucunya bahkan mars dari partai tertentu hingga dihafal oleh kalangan masyarakat hingga anak-anak kecil yang di tontonnya melalui sebuah iklan. 

Promosi sebuah partai politik di media masa memiliki trafik yang bisa dibilang cukup mudah hal tersebut dikarenakan penguasa media-media besar Indonesia juga berpartisipasi dalam paratai politik sebagai contoh ; Choirul Tanjung sebagai pendiri media Trans Corp (Trans tv & Trans7 ) juga bagian dari partai Demokrat, Achmad Bakrie (Tv One) bergabung dalam partai Golkar, Hary Tanoesoedibjo (MNC Group) bergabung dengan partai Perindo. Politik sendiri memiliki peluang yang besar dalam keuntungan media penyiaran, kelompok masyarakat yang bergabung dalam sebuah partai akan terarik menyaksikan tayangan tv tertentu karena merasa satu frekuensi sehingga mudah mendapatkan informasi tentang partai yang didukung dari setasiun tv tersebut. Suatu acara program tv kemungkinan memiliki jumlah penonton yang berasal dari pendukung partai politik tertentu sehingga dapat meningkatkan rating program acara.

Berbagai upaya yang dilakukan di dunia media dalam kebertahanan dan pengembangan perusahaan saya harapkan memiliki dampak yang baik selain menguntungkan perusahaan tentu juga menguntungkan negara dan masyarakat seperti kebutuhan informasi, hiburan, pendidikan ataupun kebutuhan non media. Perusahaan besar tentu menjadi salah satu tameng bagi pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran di Indonesia dengan terbukanya banyak lowongan pekerjaan, selain meningkatkan perekonomian masyarakat peran media juga menjadi penghubung antara masyarakat dengan keterbukanya pemerintah sehingga menjadikan suatu negara yang makmur dan lebih maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline