Tri Budhi Sastrio
Mantan bendahara ini memang 'agak kurang
ajar' walau ada benarnya.
Begitulah berulang kali, ketika menjadi saksi
bagi sejumlah koleganya,
Kata-kata ini diulangnya berulang kali, benar
kan kata saya, yang mulia.
Tentu saja dia ditegur oleh majelis hakim, lho ...
kan sedang diperiksa,
Belum ada keputusannya, tetapi sang mantan
bendahara ini biasanya,
Tersenyum ria dan matanya seperti berkata,
tetapi benar kan kata saya.
Kurang ajar tapi jelas ada benarnya, satu
persatu yang telah disebutnya,
Baik ketika diwawancara jarak jauh semasa
masih bisa lari ke Singapura,
Atau kala dia ada di Cartagena, memang
dijadikan tersangka oleh KPK.
Belum semua, tapi satu persatu yang disebut
akhirnya tak berkutik juga.
Apa ini merupakan 'Nazarudin Effect' yang
dampaknya ganas luar biasa?
Tampaknya ya ... dampak serta gema
ocehannya juga guncang istana.
Bagaimana istana tak akan terguncang jika
semua yang disebut sama?
Sama-sama petinggi partai penguasa yang
ketua dewan pembinanya -
Entah kebetulan entah bagaimana eh ternyata
penghuni istana negara.
Kepala negara mungkin tampak tenang,
menyerahkan semua perkara
Yang melilit para pejabat teras partainya pada
penegak hukum negara,
Tetapi jelas sekali dia amat sangat terpukul
karenanya, bagaimana bisa
Partai yang dibesarkannya dengan slogan
menjanjikan sangat luar biasa,
Katakan tidak pada korupsi, eh ternyata bintang
iklannya juga tersangka.
Belum lagi jika pernyataan awal sang mantan
bendahara benar adanya,
Si sekjen partai juga ikut menerima dana,
padahal siapa ini anak muda,
Semua orang tentu paham adanya, yah ...
semoga ini salah sebut saja.
'Soal kasus Hambalang ... dulu kan saya dikira
bohong, tetapi akhirnya
Terbukti kan Yang Mulia?' ini kalimat lengkap
sang mantan bendahara
Ketika jadi saksi dalam perkara yang sama dan
mantan putri Indonesia
Sebagai terdakwanya, majelis hakim pun, walau
memang menegurnya
Mungkin saja tersenyum dalam hati ... kurang
ajar tetapi ada benarnya.
Prosesnya masih akan lama dan anjuran
membuka semua tanpa dusta
Tampaknya belum sampai pada sang nona
jelita, dan sebagai buktinya
Nona ini sibuk berkelit ke sana ke mari membela
diri, memang haknya,
Tapi dengan begitu banyak saksi dan bukti
mengapa tak berani dianya
Langsung saja ke pokok masalah intinya, buka
semua data serta fakta,
Yang memang pada akhirnya akan terbuka juga,
sehingga jelas semua.
Memang terima uang, besarnya sekian, dari ini
dan itu, terus ke mana
Dana diserahkan, berapa yang untuk di sana
berapa yang ke sakunya,
Dan seterusnya dan seterusnya, sidang lancar,
kebenaran tuna dusta,
Tapi sebagai mana layaknya alur cerita dalam
drama, tak seru rasanya
Jika langsung ke pokok masalah serta inti cerita,
konflik haruslah direka
Sedemikian rupa sehingga penonton emosinya
melambung ke angkasa.
Semakin tinggi lambungannya sehingga
semakin jengkellah pemirsanya,
Maka cerita bolehlah dianggap lebih berjaya,
kasus ini tampaknya sama.
Cerita masih panjang dan lama, drama belum
sampai separuh babaknya,
Masih ada banyak pelaku utama yang belum
tampil ke panggung arena,
Mereka mungkin masih sibuk berhias diri sambil
menghafal dialog cerita.
Tentu yang disampaikan mantan bendahara
tidak semua benar adanya,
Pasti ada yang terlupa, tak akurat karena
semangatnya, atau bisa juga
Dia memang sengaja berdusta, tapi keterangan
awalnya bisa dipercaya
Karena memang seperti katanya ... Benar kan
kata saya, Yang Mulia ...,
Pasti ada yang sangat tak beres dalam ini
perkara, bahkan khawatirnya
Pihak kerabat istana ikut serta terlibat di
dalamnya, nah jika memang ya,
Skenario dan akhir alur cerita pasti makin
panjang dan makin sulit saja.
Kepala negara serta istrinya tentu kata-katanya
amat dapat dipercaya,
Semua yang dikatakan dapat dipegang
keakuratan dan kebenarannya.
Mana ada koruptor dan pendusta di negeri ini
berani main sogok segala
Jika berhadapan dengan kepala negara dan
istrinya, mau setor nyawa?
Juga mana ada koruptor perompak uang negara
berani datang ke istana
Untuk berbagi uang hasil rompakannya ... tidak
ditembak pas di kepala,
Ini orang tak tahu diri jelas sangat beruntung
rasanya ... ha ... ha ... ha ...
Lalu atau tetapi ... mengapa sulit amat sih kasus
Hambalang tuntasnya?
Yah karena memang perlu banyak waktu, itulah
jawaban sementaranya.
Semoga saja memang waktu sematalah yang
menjadi hambatan utama,
Dan bukan karena ada kerabat istana berada di
puncak anak tangganya.
Lalu adakah kaitan dengan pernyataan paling
baru dari Kepala Negara,
Yang dilontarkan di depan peserta peringatan
hari Anti Korupsi sedunia
Dan hari HAM sedunia bahwa menurut analisis
yang dilakukan olehnya
Pejabat yang korupsi itu ada dua ... pertama
yang memang ada niatnya,
Dan yang kedua karena terjebak jerat korupsi
karena tidak paham saja.
Kalau yang pertama, kata Kepala Negara, ya ...
good bye untuk mereka.
Sedangkan untuk yang kedua ... maka negara
wajib menyelamatkannya.
Sekilas pernyataan ini biasa-biasa saja, oke-oke
saja, kan kepala negara
Juga kepala pemerintahan, jadi jika membela
para pejabat anak buahnya
Bukankah hal yang biasa ... tetapi setelah
ditimbang-timbang agak lama,
Terasa ada yang aneh juga, persoalan atau
kebijakan apa sih contohnya
Yang membuat satu pejabat tak paham jika
dilaksana korupsi buahnya?
Bukankah batasan korupsi amat sederhana,
kelompoknya ada tujuh saja.
Ada kerugian keuangan negara, ada suap
menyuap, ada yang namanya
Penggelapan dalam jabatan, ada pemerasan,
ada perbuatan curang, ada
Benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
ada gratifikasi, semuanya
Kemudian dijelaskan secara rinci dalam banyak
undang-undang negara.
Jadi jika masih tidak paham apa saja
batasannya, yah, minta diganti saja.
Apalagi pada dasarnya korupsi itu cuma satu
tujuan dan motif utamanya,
Yaitu 'memperkaya diri sendiri', kalau pada
awalnya tampak memperkaya
Orang lain atau kelompok orang lain atau
korporasi, atau bahkan apa saja
Termasuk setan belang, dedemit, genderuwo,
kuntilanak, ujung-ujungnya
Toh untuk kepentingan diri yang bersangkutan
juga, bentuknya bisa dana,
Citra, nama, benda, jasa, atau apapun juga,
yang jelas untuk dirinya juga.
Jadi dengan batasan korupsi yang dapat dibuat
menjadi amat sederhana,
En toh tetap saja ada analisis tipe pelaku yang
tidak tepat dan mengena,
Pasti ada sesuatu yang amat luar biasa di sana,
masukan yang salahnya
Sangat luar biasa, atau ada kepentingan yang
juga gentingnya luar biasa.
Yang mana, yah tidak usah menebak-nebak
karena toh nanti terbuka juga.
Yang jelas ada sesuatu yang salah pada hasil
analisis tipe para pelakunya.
Hanya ada satu tipe pelakunya dan langkahnya
sudah pasti 'memperkaya'.
Entah siapa saja yang lebih dulu diperkaya,
entah apa saja pola bentuknya,
Tetapi ini tindak pidana ujung-ujungnya pasti
kepentingan dirinya semata.
Jika memang ya ... apakah pantas mereka ini
dibela oleh negara segala?
Mengenai teknik tipu-tipunya serta gaya polanya
banyaknya tidak terkira,
Salah satu cara yang paling banyak diguna
adalah membiarkan hasilnya
Terbagi-bagi pada banyak orang berkuasa
hingga nanti kalau belangnya
Harus terbuka, nah yang berkuasa bisa diguna
laksana tameng perkasa.
Tentu saja ketika dibagikan tidak perlu
disebutkan jelas dan apa sejatinya.
Cukup diberitahu ini ada dana, mengalir dari
sumber yang layak dipercaya
Silahkan dinikmati, bisa digunakan untuk
kepentingan bangsa dan negara.
Yang ikut menerima, mungkin tidak sadar
awalnya, tetapi jerat di lehernya
Ibarat simpul tali mati tidak bisa dibuka,
pilihannya mati tercekik bersama,
Atau berjuang dengan semua daya kuasa yang
ada guna menutupi nista.
Apa ini yang terjadi pada kasus bukit berhantu
Hambalang, masih rahasia?
Tetapi dari keterangan pertama sang mantan
bendahara, rasanya sih ya.
Sang sutradara yang seorang ahli strategi ulung,
yah mudah saja baginya
Memperdaya banyak orang berkuasa yang lugu
serta polos-polos hatinya.
Sekarang sang sutradara cukup membuka
sedikit saja ini strategi rahasia
Dan sampaikan bahwa yang lain boleh jatuh dan
dikorbankan ke penjara
Tetapi jangan dirinya karena kalau tidak semua
pasti ikut terjerat lehernya.
Apa karena ini Hambalang mengundang banyak
rasa heran tidak percaya?
Yah bisa saja walau gema kata mantan
bendahara semakin lantang saja,
Benar kan kata saya, Yang Mulia ..., Benar kan
kata saya, Yang Mulia ...
Essi 240 -- POZ13122012 -- 087853451949
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI