Lihat ke Halaman Asli

Tri Budhi Sastrio

Scriptores ad Deum glorificamus

Hosabi Kasidi 62 - Iman Biji Sesawi

Diperbarui: 16 Juni 2024   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.mybestcanvas.com/en/portrait/16938-sensual-woman-portrait.html

Hosabi Kasidi 62 -- Iman Biji Sesawi

Meskipun tajam dan menusuk tepat ke jantung bumi, suara Kasidi ternyata nyaris tidak terdengar. 'Jika Sabda Tuhan acuannya,' katanya, 'maka hampir dapat dipastikan tidak ada orang yang benar-benar beriman pada Tuhan dan SabdaNya. Yang banyak adalah orang beriman dengan bibir dan mulutnya tetapi pikiran dan tindakannya jauh dari itu.'

'Lho jangan begitu,' respon diberikan agak lantang, 'ini kan tidak memberi harapan pada orang yang selama ini dengan penuh semangat beriman pada Tuhan dan SabdaNya.'

'Dari pada berdusta dengan memberi harapan palsu kan bagus berbicara tajam menyatakan yang sebenarnya. Toh Sabda Tuhan sendiri yang menyatakan itu, bukan aku,' kata Kasidi tidak lama kemudian dengan tajam beretorika. Kalau sudah begini biasanya ya terdiam menunggu Sabda Tuhan yang pasti akan dikutipnya, dan benar saja Sabda Tuhan pun segera meluncur dari orang desa ini yang berulang kali dengan lantang menyatakan bahwa dia percaya total pada Tuhan dan SabdaNya.

'Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya: "Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini. Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia." Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!" Jawab Tuhan: "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."'

Setelah selesai menyampaikan Sabda Tuhan ini ternyata masih disambung dengan Sabda Tuhan yang berbeda dengan redaksi yang berbeda tetapi dengan inti yang nyaris sama dari penulis yang berbeda.

'Ketika Tuhan dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Tuhan dan menyembah, katanya: "Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya."  Maka kata Tuhan: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" Dengan keras Tuhan menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itu pun sembuh seketika itu juga. Kemudian murid-murid Tuhan datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?" Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.'

Bagaimana, masihkah ada orang berani memikirkan atau menyombongkan diri bahwa dirinya mempunyai iman pada Tuhan dan SabdaNya, bahkan mempunyai iman yang sangat besar? Kalau memang ada orang ngawur, sok tahu dan bodoh seperti itu, baca kembali dua Sabda Tuhan yang dikutipkan oleh Kasidi ini. Jangankan punya iman besar, punya sebesar biji sesawi saja tidak punya kata Tuhan. Ingat Tuhan dan SabdaNya tidak pernah ngawur ya, kitalah yang sering ngawur. Nah kalau sudah tahu iman jauh lebih kecil dari biji sesawi yang konon terkecil dari semua biji, lalu apa yang harus dilakukan. Hehehe, jawab Kasidi kali ini dengan terkekeh-kekeh, ya segera berlutut, memohon ampun, dan mulai lagi untuk segera percaya pada Tuhan dan SabdaNya. (sda/tbs-15062024-hvk62-087853451949




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline