Lihat ke Halaman Asli

Tri Budhi Sastrio

Scriptores ad Deum glorificamus

Essi Nomor 191: Dan Merah Putih pun Lupa Dikibarkan

Diperbarui: 15 April 2021   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://jurnalposmedia.com/indonesia-raya-dengan-3-stanza/

Essi 191 -- Dan Merah Putih pun Lupa Dikibarkan  
Tri Budhi Sastrio

Hari Jum'at 17 Agustus 2012 mungkin hari paling
     istimewa bagi sang saka.
Dengan warna bersahaja merah dan putih bendera
     ini pun sangat istimewa.
Dikibarkan di seluruh nusantara, khususnya di
     lapangan-lapangan upacara,
Sang saka yang konon merupakan lambang
     menyalanya semangat merdeka
Yang diharapkan terus membara sepanjang masa
     pertanda martabat bangsa
Juga dapat dipastikan akan berkibar di semua
     instansi pemerintah dan swasta.
Sedangkan di luar negeri, yah ... tidak usah ditanya,
     para perwakilan negara
Pasti dengan semangat membara dan menyala-nyala
     akan pimpin upacara,
Upacara bendera guna peringati bagaimana Indonesia
     bebas dan merdeka.
Dirgahayu negara tercinta dan semoga keadaan
     lebih baik serta sejahtera.
Yang aneh justru terjadi di jantung ini negara,
     di kampung dan desa tepatnya.
Supaya lebih konkrit dan nyata, katakan saja
     di komplek ratusan rumah desa
Tempat catatan ini digurat lirih menggunakan kalam
     sukma dan jiwa merdeka.
Tidak ada bendera, tidak ada sang saka, kain
     warna-warna banyak jumlahnya,
Hanya saja itu kan bukan bendera lambang harga
     utama raga, jiwa dan sukma,
Itu kan hanya hiasan penyemarak suasana
     merdekanya sebuah negara mega.
Lalu ke mana sang saka merah putih pengobar
     semangat jiwa, di simpan saja?
Tampaknya ya ... ha ... ha ... ha ... semua mudik
     jadi lupa kibarkan bendera.

Inilah realita, inilah fakta, tetapi apakah semangat
     cinta negara luntur jadinya?
Tentu saja tidak ... semuanya masih cinta pada
     ini negara, tempat lahir beta,
Besar dan berkarya, dan mungkin juga sampai
     nanti manakala menutup mata.
Bendera boleh tidak berkibar di depan ruman-rumah,
     tetapi ini bendera pusaka
Selalu berkibar setiap saat dalam jiwa dan sukma,
     semangat masih membara
Untuk terus mengabdi dan berkarya seperti janji suci
     ikrar para bapak bangsa.
Kemudian ... ya kemudian ... berkumandang
     membahana membelah angkasa
Sonata merdu pujaan bangsa, diiringi gesekan
     dawai biola si pemuda pencipta

Indonesia, tanah jang moelia, tanah kita jang kaja,
Disanalah akoe hidoep, oentoek s'lama-lamanja.
Indonesia, tanah poesaka, poesaka kita semoeanja,
Marilah kita berseroe:"Indonesia Bersatoe".
     Soeboerlah tanahnja, soeboerlah djiwanja,
     Bangsanja, rajatnja, semoea,
     Sedarlah hatinja, sedarlah boedinja,
     Oentoek Indonesia Raja.

Indonesia, tanah jang soetji, bagi kita disini,
Disanalah kita berdiri, mendjaga Iboe sedjati.
Indonesia, tanah berseri, tanah jang terkoetjintai,
Marilah kita berdjandji: "Indonesia Bersatoe"
     S'lamatlah rajatnja, s'lamatlah poet'ranja,
     Poelaoenja, laoetnja, semoea,
     Madjoelah neg'rinja, madjoelah Pandoenja,
     Oentoek Indonesia Raja

Sayang sonata penuh wibawa ini tak pernah membahana
     membelah angkasa
Hanya karena tidak ada peraturan pemerintah yang
     berkata inilah lagu pusaka.
 
Essi nomor 191 -- SDA17082012 -- 087853451949




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline