Lihat ke Halaman Asli

Tri Budhi Sastrio

Scriptores ad Deum glorificamus

Essi Nomor 154: LOL, Ini Bukan dari Tolol, Ini LOL

Diperbarui: 25 Maret 2021   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.laughteronlineuniversity.com

Essi 154 -- LOL, Ini Bukan dari Tolol, Ini LOL
Tri Budhi Sastrio

Makin banyak warga dunia maya gunakan ekspresi ini
     layaknya tanggul jebol,
Airnya mengalir deras ke mana-mana dan banyak
     pondasi rumah ikutan bobol.
Belum lagi batu, kayu, dan barang-barang lainnya
     ikut ramaikan bak karambol.
Satu terpukul, dua ambrol, tiga empat lima terus
     bertambah bak air masuk botol
Begitulah jika kata baru terus dipakai sebelum
     akhirnya diakui seperti panadol,
Obat sakit kepala yang bisa dibeli kapan saja,
     sama umumnya dengan teh botol.
Karena bagi yang sedang belajar sastra dan bahasa
     ini layaknya aturan protokol.
Meskipun awalnya sempat membuat rasa
     tidak nyaman seperti letusan pistol,
Karena konotasinya jika dipakai di Indonesia
     tidak beda dengan berkata tolol,
Yang pasti tidak dipakai kecuali terpaksa,
     manakala tembok kesabaran ambrol
Karena perilaku sejumlah komprador yang
     benar-benar tolol dan bau jengkol.
Sekarang kata ini bertengger gagah bahkan
     agak jumawa sebagai lema LOL
Sebuah akronim yang awalnya hanya slang bagi
     komunikator kurang kontrol
Meskipun maknanya indah penuh pesona,
     harapan bagi yang punya simbol
Dan getol membuka mulut lebar-lebar, gigi dibuat
     semuanya ke luar nongol,
Karena kata ini memang akronim laugh out loud,
     tertawa berbongkol-bongkol,
Kalau perlu perut sampai terpilin, mata berair
     dan ludah nyiprat lalu ambrol,
Berbuih-buih bak semprotan air pipa diarahkan
     ke kepala orang-orang cebol.

24 Maret 2011 mungkin hari bersejarah bagi si LOL
     karena sumbat sang botol,
Akhirnya dicabut dan Oxford English Dictionary
     dengan bangga pasang LOL
Sebagai lema baru yang secara resmi boleh dipakai
     tanpa ada konotasi tolol.
Mereka yang dulu merasa kata ini kurang enak
     di telinga sekarang boleh koprol
Pertanda kapan saja diguna yang namanya
     sang makna sudah jelas tercantol.
LOL bukan menyingkat 'tolol' tapi tertawa keras
     kalau perlu sampai gigi ambrol.  
Karena kelasnya kata kerja maka tentu ada
     bentuk lain yang terpaksa nongol.
LOLLED dan LOLLING ikutannya, tak penting
     bagi awam tetapi harus nyantol
Di kepala siapa saja yang bertekad kuasai bahasa
     resmi para koboi bahenol.
Aturan main lainnya untuk kata ini hendaknya
     ditulis dengan huruf besar, LOL
Dan bukan lol dengan huruf kecil karena konon
     kabarnya hanyalah orang tolol
Yang nekad tulis LOL jadi lol, sedangkan alasannya
     persis orang tekan tombol,
Kalau menekannya kecil-kecil saja, tombol tak jalan
     dan mesin malah ambrol.

Kata dan makna memang hebat luar biasa
     karena sekali diakui milik bersama,
Dampaknya besar tak terkira-kira karena
     semua orang terpaksa atau sukarela
Harus bersedia memahaminya karena kalau tidak
     maka terkucil sendirian dia.
Orang mengirim berita diakhiri dengan kata LOL,
     karena tidak mau ikut serta,
Tersinggunglah dia ... emangnya aku ini TOLOL ...
     begitu balasnya murka.
Kata dan maknanya juga pernah diibaratkan
     belenggu terbuat dari serat baja,
Halus, hampir tak terasa ada, tetapi kekuatan
     mengikatnya benar luar biasa.
Belum pernah ada manusia biasa diketahui
     bisa lepaskan belenggu ikatannya.
Itulah rantai kata dan makna, kuat ikatannya
     luar biasa, semua tunduk padanya.
Bahkan para dewa juga sama dengan manusia,
     mereka terbelenggu pada kata,
Karena kata berubah jadi sabda, dan setiap sabda
     jelas mengandung makna,
Lalu berikutnya makna harus dilaksana,
     dan dewa pun hanya bisa taat bekerja.
Kalau dewa saja dibuat tidak berdaya oleh kata
     dan makna, lalu bagaimana bisa
Manusia biasa tiba-tiba ingin bebas begitu saja,
     coba perhatikan dan lihat buktinya.
Banyak peristiwa diawali oleh kata dan makna,
     jika akhirnya bahagia sih tidak apa,
Tetapi jika bencana malapetaka lalu bagaimana,
     padahal penyebabnya sederhana,
Terlalu bersikukuh pada kata dan makna,
     padahal seringkali hanya tafsirannya saja,

Dan sialnya, tafsirannya juga salah tidak terkira,
     maksudnya B eh tetap ngotot itu A.

Essi nomor 154 -- POZ07052012 -- 087853451949

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline