Lihat ke Halaman Asli

Tri Budhi Sastrio

Scriptores ad Deum glorificamus

Cerpen Kontemporer: Nasihat Seorang Pengemis

Diperbarui: 14 Maret 2021   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: http://clipart-library.com/beggar-picture.html

Nasihat Seorang Pengemis
Tri Budhi Sastrio

Kecelakaan dan keberuntungan kadang kala
Hanya dipisah oleh lembar tipis pembatasnya!
Karenanya mendengarkan nasehat petuah
Bahkan dari orang yang dianggap rendah hina
Sering kali menyelamatkan diri kita!

Hari Sabtu. Pagi-pagi sekali seluruh keluarga Hadi Wiyono sudah bangun semua.  Mereka sibuk menyiapkan diri.  Rencana  hari ini melakukan perjalanan yang cukup jauh dan mungkin untuk beberapa hari lamanya belum kembali. Dari kantor, Hadi Wiyono mendapat cuti delapan hari. Tentu saja kesempatan semacam itu tidak disia-siakan. Sejak sebulan sebelumnya, Hadi  Wiyono telah  merundingkan hal itu dengan istrinya. Kemana harus pergi? Setelah melalui banyak perundingan dan pertimbangan akhirnya diputuskan pergi melancong ke Bali. Mereka sekeluarga sebenarnya sudah dua kali pergi ke Bali.

"Apa tidak bosan ke Bali, bu?" tanya Hadi Wiyono  pada istrinya. "Bukankah kita sudah pernah ke sana? Bahkan kalau tidak salah sudah dua kali pergi ke sana!"

"Tetapi kapan itu?" balas istrinya, juga dengan nada bertanya. "Empat tahun dan dua tahun yang lalu, bukan?"

Hadi Wiyono mengangguk-angguk membenarkan.

"Bali dua tahun yang lalu tentu tidak sama dengan Bali hari ini," sang istri melanjutkan. "Aku ingin melihat Bali hari  ini, pak, sambil sekaligus mengenang masa-masa lalu."

Hadi Wiyono menggelengkan kepalanya perlahan tanda kurang sepaham. Untung ketika  itu pandangan istrinya tidak tertuju padanya.

"Kau pikir Bali sekarang berbeda dengan Bali dulu.  Apanya yang berbeda? Ya, perubahan tentu saja ada.  Bahkan pada diri kita sendiri pun perubahan selalu terjadi. Sedetik yang lalu dan tepat pada detik ini saja, kita  berubah.  Paling tidak  umur  bertambah sedetik  tetapi  perubahan  itu terlalu  kecil  untuk  diperhatikan.  Begitu  juga  dengan  Bali. Perubahan  memang  ada, tetapi perubahan itu  tentu  tidak  terlalu menyolok, bukan?"

"Menyolok atau tidak setiap perubahan tentu menarik dilihat," sang istri tetap pada pendapatnya. Hadi Wiyono mengangkat tangan tanda menyerah.

"Baiklah, baiklah," katanya sambil tersenyum. "Sekarang aku justru ingin melihat Bali dengan perubahan-perubahannya. Siapa di antara kita berdua yang melihat  atau berhasil  menemukan perubahan yang terjadi di Bali, lebih banyak dari yang lain, dialah yang terbaik."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline