Lihat ke Halaman Asli

Tri Budhi Sastrio

Scriptores ad Deum glorificamus

Kasidi Nomor 522 - Disiksa, Dihina, Dibunuh, en toh Mengampuni

Diperbarui: 21 April 2019   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber https://www.pinterest.com

Pada Jum'at Agung, tidak ada Misa Kudus di Gereja Katolik di seluruh dunia. Hanya pada hari ini sepanjang tahun Misa Kudus Ekaristi tidak dilaksanakan. Suatu keadaan yang istimewa, sebuah pengecualian yang luar biasa, padahal pada hari ini Tuhan diperingati wafatNya. Sebagai penggantinya, Ibadat Agung namanya, diselenggarakan. Sebagaimana dicatat, kurang lebih pada pukul tiga siang menjelang sore, Tuhan menyerahkan nyawaNya dan wafat di kayu salib.

Tuhan disalib karena desakan para imam, tua-tua Yahudi, dan orang-orang Yahudi yang yakin bahwa orang yang mengaku Tuhan dan Anak Allah ini adalah penghujat Allah. Hukuman tertinggi bagi penghujat Allah hampir sama dengan wanita yang tertangkap basah melakukan perzinahan, yaitu mati.

Setelah ditangkap malam harinya, disesah dan dipermalukan, dihadapkan ke penguasa Roma pagi harinya setelah dari mahkamah agama, Tuhan yang sebenarnya tidak ditemukan salahnya, diputuskan untuk dihukum mati di antara para jahanam setelah terlebih dahulu disiksa.

Tuhan juga diharuskan memanggul balok kayu yang akan digunakan sebagai salibnya. Balok kayu berat yang harus dipanggulnya ke Bukit Tengkorak sempat merepotkan Tuhan, sehingga seorang laki-laki yang ikut nonton dari tepi jalan diminta membantu.

Sebagai kebiasaan, semua orang yang disalib harus ditelanjangi, tidak terkecuali Tuhan. Dapat dibayangkan betapa hebat penghinaan ini. Juga dapat dibayangkan bagaimana perasaan Bunda Maria yang melahirkan, menyusui, mengasuh dan membesarkan Tuhan. Pasti hebat luar biasa terpukulnya. Dia yang Putra semata wayangnya dari Roh Kudus, diperlakukan seperti itu tepat di depan matanya. Perasaan terpukul semakin menjadi-jadi tatkala wanita luar biasa ini sadar bahwa dia tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali menyaksikan sampai semuanya tuntas.

Juga dapat dibayangkan bagaimana perasaan Maria Magdalena wanita mantan pelacur yang mengagumi dan memuja Tuhan yang dengan gagah berani senantiasa menyertai Tuhan. Tuhan yang dipujanya diperlakukan sedemikian rupa sampai ke titik paling rendah yang dapat dilakukan manusia kala itu dalam menghukum seseorang, dan dia tidak dapat melakukan apa-apa.

Hebatnya dalam drama penyiksaan, penghinaan, dan penyaliban ini, Tuhan masih sempat menunjukkan kuasaNya dengan mengampuni dan memastikan seorang jahanam yang ikut disalib berada di Firdaus, bersama Tuhan. Lalu mengapa Tuhan yang mempunyai kuasa untuk menyelamatkan diri, tidak melakukannya? Jawabnya sederhana. Karena Dia taat pada perintah BapaNya.

Lalu mengapa BapaNya memerintahkan Dia datang ke dunia untuk mengajar dan menentukan Hukum Kasih tetapi juga menentukan nasib dan takdir Sang Putra mati di kayu salib? Tuhan sendiri tidak pernah mempertanyakan ini apalagi melanggarnya, lalu bagaimana kita murid-muridNya berani melakukan hal yang Tuhan sendiri tidak mau melakukannya? Jadi ya tidak perlu bertanya apa-apa, cukup total percaya, dan melaksanakan teladanNya mengampuni semua orang yang menyiksa, menghina dan bahkan membunuhNya? Sanggupkah kita? Sanggup atau tidak sanggup ya ayo dicoba karena memang itulah salah satu perintahNya. Kasidi no. 522 -- 087853451949 -- SDA19042019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline