Lihat ke Halaman Asli

Tri Budhi Sastrio

Scriptores ad Deum glorificamus

Unggahan dalam Proklamasi Bahasa

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

PROKLAMASI BAHASA

Masih ingat unggahan yang diunggah dalam akun kelompok Proklamasi Bahasa beberapa waktu yang lalu yang isinya seperti berikut:

Untuk yang senang menulis situs berikut ini sedang mencari banyak tulisan, silahkan ikut siapa saja yang berminat ... http://inspirasi.co/forum/post/252 ...

Unggahan ini memfokuskan perhatian pada catatan yang berjudul MEMBELA KEPALA NEGARA. Catatan ini diunggah pada banyak akun dan situs, termasuk akun milik kepala negara yang dikelola oleh para ponggawa istana, dengan harapan sempat dibaca oleh kepala negara, lalu tergugah setelah mungkin sedikit terperangah, lalu merasa jengah, lalu mulai bertekad untuk berbenah, dan kemudian berani bertindak tidak setengah setengah, seperti yang bertahun-tahun sebelumnya sangat diharap dan didamba dalam catatan AKHIRNYA, ISTANA BERANI JUGA seperti yang isinya dapat dilihat dalam akun berikut http://forum.kompas.com/nasional/54417-akhirnya-istana-berani-juga.html

Untuk sementara harapan yang masih jauh berada di atas mega-mega mulai menampakkan cahaya semringah kala kepala negara bertindak agak keras pada Australia. Tetapi setelah ditelaah dan dicerna, yah ... harapannya sih bertindak keras pada para maling, durjana, bedebah, bajingan, dan lain sebagainya yang semakin merajalela menggasak uang negara, tetapi kok marahnya lalu dibelokkan pada Australia? Australia memang kurang ajar karena menyadap, sama kurang ajarnya dengan Indonesia yang konon kabarnya juga pernah menyadap dan sampai sekarang masih terus menyadap Australia dan banyak negara lainnya, termasuk individu dan lembaga. Tetapi masalah sadap menyadap kan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan raibnya begitu banyak uang negara? Apalagi jika diingat bahwa yang namanya intelijen ya harus menyadap sebab kalau tidak menyadap ya bukan intelijen namanya.

Bukankah akan lucu sekali jika intelijen sebuah negara – anggotanya tentu saja – datang ke pihak yang ingin diketahui informasinya lalu berkata setengah bertanya: ‘Hai ente punya rahasia apa, beritahu dong? Kami kan sekarang tidak boleh menyadap karena bisa membuat banyak orang tersinggung.’ He … he … he … bahkan dalam Srimulat, Pas Mantap, atau acara-acara komedia pada sejumlah stasiun TV di tanah air, hal ini tidak pernah dijadikan topik karena memang tidak pernah ada dan tidak lucu.

Semoga saja rasa amarah kepala negara tidak habis terbuang percuma, sementara yang benar-benar harus dimarahi eh malah tidak kebagian. Ya sudah habis mau bagaimana?

Proklamasi Bahasa

Sebagai informasi tambahan, sejak tanggal 15 Oktober 2013 telah diunggah secara resmi ke dunia maya apa yang diberi nama sebagai PROKLAMASI BAHASA. Resminya proklamasi bahasa ini memang dikumandangkan tepat tanggal 28 Oktober 2013 bersamaan dengan diperingatinya hari Sumpah Pemuda dan dibukanya secara resmi Kongres Bahasa Indonesia X di Jakarta, tetapi naskah proklamasinya sendiri telah diunggah beberapa minggu sebelumnya.

Tenggang waktu yang ada antara diunggahnya naskah proklamasi bahasa ini ke dunia maya dan secara resmi dikumandangkan naskah tersebut telah digunakan untuk menjaring siapa saja yang berminat menjadi ‘proklamator perdana’, proklamator bahasa perdana. Dan yang terjaring sebanyak 279 orang. Maka secara resmi dan sekaligus akan menjadi catatan sejarah bahwa jumlah proklamator bahasa perdana hanya 279 orang. Hanya tiga puluh orang dari 279 ini yang memang sengaja diundang bertepatan dengan dibuatnya kelompok Proklamasi Bahasa dan selebihnya adalah warga dunia maya yang menyatakan keinginannya untuk bergabung.

Dari 279 orang ini ternyata ada satu orang yang secara sadar menyatakan mengundurkan diri karena dianggapnya usaha memproklamasikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional adalah bentuk lain penjajahan. Keinginan tersebut tentu saja sama sekali tidak dihalangi meskipun kemudian salah seorang temannya malah memasukkan ‘orang ini’ kembali sebagai anggota kelompok. Ya, tentu diterima kembali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline