Lihat ke Halaman Asli

Sikat Aja Urusan Belakangan (Prast 2)

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ngerikhan melihat judulnya, itulah yang terjadi di kantor Prasetyo, seorang guru dari sekolah ternama ternama di Jakarta, dengan keteladanan yang dimilikinya nampaknya saat ini sulit untuk membina guru-guru muda. Bagi Prasetyo waktu  nampaknya terlalu singkat untuk menunggu 15 - 25 tahun untuk  mapan, namun berbeda dengan anak-anak muda binaan Prasetyo; " Itu zaman dulu pak.., zaman sekarang siapa cepat dia dapat, siapa dapat maka dia akan sejahtera dan kaya raya".

Apa lagi mereka adalah alumni universitas ternama dengan disiplin ilmu murni yang sulit, canggih, sehingga sulit untuk menerima waktu yang lama, waktu akan dapat dipersingkat dengan keilmuan yang canggih, dengan keilmuan yang canggih dan sulit nampaknya tidak ada kata "Jauh" akan menjadi "dekat", kata "Lama" akan menjadi "Sebentar", Kata "sulit" menjadi "Mudah", dan kata "Aturan" menjadi "bisa diatur", dan nampaknya prinsip inilah yang membuat anak-anak muda itu menjadi dekat Direktur sekolah, semua pekerjaan diserahkan pada anak-anak muda tersebut. Ditambah lagi mereka sering ditugaskan keluar negeri untuk menambah keilmuan mereka, kata "Jauh" akan menjadi "dekat sekali", kata "Lama" akan menjadi "Sebentar sekali", Kata "sulit" menjadi "Mudah sekali", dan kata "Aturan" menjadi "maunya bagimana". Prasetyo hanya merenung, sudah 25 tahun dia bertugas di sekolah ini, belum pernah sekalipun di tugaskan keluar negeri.., ach inilah perjalanan hidup, dia bersabar, mungkin memang yang tua harus mengalah karena tidak produktif lagi, dia menerima dan ia hanya berdoa;"Semoga Allah memberikan jalan terbaik bagi kami dan sekolah ini". amin

Dengan melamun dibuka kembali amplop coklat yang ditemukan kemarin itu, nampaknya banyak sekali kejanggalan harga, dengan penasaran di telponlah perusahaan/rekanan " Astagfirullah..., besar sekali perbedaan harga..., untuk apa mereka dengan uang sebanyak itu.." , luar biasa sekali mark-up yang dilakukan oleh anak-anak muda itu, dan blom lagi ada pembelian fiktif, surat ada barang tidak ada...sungguh luar biasa, dan semua pihak terkait menandatangani, dan menyatakan bahwa barang itu ada...Sungguh sebuah konspirasi yang luar biasa. Prasetyo bingung..., Prasetyo Pasrah..., dia tidak tahu harus mengadu kemana. Prasetyo hanya berpikir bagaimana kualitas sekolah ini kelak, kalau semua guru muda berperilaku demikian. Ingin cepat mapan, ingin cepat kaya..., jalannya cuma satu "short-Cut- Jalan Pintas", sikat saja urusan belakangan.

Sore telah tiba, Prasetyo ingin pulang dan memasuki mobilnya "Ngeng...det..det.." suara mesin mobil tua Prasetyo dan mati, sekali lagi distarter "Ngeng...det...det" yach ...mati lagi, dicoba sekali lagi "dek..dek" tidak kuat starter, accu-nya soak. Dengan berat hati Prasetyo berkata pada anak-anak di dekatnya " nak.., tolong dorong mobil bapak..ya...!"

Itulah Prasetyo kepala tetap tegak, semangat tetap menyala, dia tidak malu, karena dia tahu "kebenaran adalah segalanya" dia tetap mengedepankan motto yang sudah dilupakan anak-anak muda tersebut "Ing Ngarso Sun Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani " dan "Life is Never Ending Learning Process"

Berjalanlah mobil Prasetyo, setelah mengucapkan terima kasih terdengar senandungnya " Yen ing tawang ono lintang cah ayu...aku ngenteni sliramu....."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline